Selasa, 22 November 2016

fungsi komunikasi massa bagi masyarakat dan bagaimana orang menggunakan media massa

Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat

            Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media massa, tetapi dilain pihak secara timbal balik menimbulkan dampak yang positif dan dampak negatif bagi masyarakat.
Dampak positif yang timbul akibat adanya kemajuan dibidang komunikasi massa bagi masyarakat antara lain mendorong perkembangan intelektual masyarakat, keterampilan, serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan, dan dapat menyebarluaskan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, sedangkan dampak negatif dari komunikasi massa antara lain pudarnya nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, nilai-nilai agama yang dianut masyarakat karena banyaknya program media massa khususnya televisi yang menyiarkan acara dari barat seperti film-film luar yang menampilkan budaya barat yang kadang tidak sesuai dengan budaya Bangsa Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, diharapkan kemajuan komunikasi massa paling tidak dapat memberikan dampak yang positif dan meminimalisir dampak negatif perkembangan komunikasi massa, dengan demikian bagi pengguna media massa harus mengetahui fungsi komunikasi massa.

Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance, interpretation, linkage, transmission of values dan entertainment yang dapat diuraikan berikut ini.

a. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
·         Pengawasan Peringatan (Warning or Beware Surveillance); Fungsi ini terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi, atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak orang yang tidak mengetahui ancaman itu.
·         Pengawasan Instrumental (Instrumental Surveillance); Fungsi ini merupakan penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari- hari. Berita tentang film apa yang sedang diputar di bioskop, bagaimana harga- harga saham di bursa efek, produk- produk baru dan sebagainya, adalah contoh - contoh pengawasan instrumental.

b. Interpretation (Interpretasi)
Fungsi komunikasi massa ini sangat erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya menyajikan data dan fakta, tetapi juga menyajikan informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata untuk memahami fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau televisi siaran penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditunjukkan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi sudut pandang terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya.

c. Linkage (Pertalian)
Media massa mampu menggabungkan unsur - unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perorangan sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contohnya adalah saat masyarakat Yogya terkena musibah alam gempa bumi, media massa mencoba memperlihatkan kondisi dan keadaan masyarakat yang tinggal disana. Dengan hal tersebut banyak masyarakat lain yang tergugah hatinya untuk membantu sesama.

d. Transmission of value (Penyebaran nilai - nilai)
Fungsi ini disebut juga socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambar masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan pada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapkan untuk menirunya. Contoh : maraknya adegan perkelahian pada sebuah stasiun televisi dapat membentuk sosialisasi bagi anak yang menontonnya, dan membuat anak berfikir jika perkelahian adalah hal yang wajar.

e. Entertainment (hiburan)
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Fungsi komunikasi massa sebagai hiburan jelas tampak pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, apakah itu cerita pendek, cerita besambung, atau cerita bergambar.

            Sementara itu, Effendy (1993) mengemukan fungsi komunikasi massa secara umum adalah :
           
1. Fungsi Informasi
Dalam sebuah komunikasi pasti selalu ada informasi yang disampaikan, begitu pula dengan komunikasi massa dimana informasi yang ada disampaikan melalui saluran media massa kepada khalayak luas khususnya audiens dari media massa tersebut. Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai Informasi dibutuhkn oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.

2. Fungsi Pendidikan
Dalam media massa informasi yang disebarkan sifatnya beragam dari mulai pemberitahuan, hiburan hingga informasi yang mendidik. Maka dari itu komunikasi massa merupakan alat pembelajaran bagi masyarakat luas. Pendidikan yang diberikan bersifat tidak langsung, media massa mencoba untuk mendidik dengan menyajikan informasi yang penuh nilai dan berguna bagi khalayak luas. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nila, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca.

3. Fungsi Mempengaruhi
Dengan beragam bentuk dan informasi yang disampaikan, media massa mencoba untuk mempengaruhi pemikiran, perilaku dan keinginan masyarakat luas. Contohnya adalah dengan adanya iklan, dengan melihat iklan masyarakat akan tahu dan tertarik dengan hal baru yang dilihat. Apalagi iklan saat ini dibentuk dengan berbagai kreatifitas dan keunikan untuk menarik perhatian audiens.

           
Sedangkan menurut DeVito (1996) komunikasi massa memiliki fungsi secara khusus,yaitu :

1. Fungsi Meyakinkan (to Persuade)
Fungsi meyakinkan hampir sama dengan fungsi memengaruhi yang dikemukakan oleh Effendy (1993) dimana komunikasi massa mencoba memberikan pengaruh terhadap khalayak yang dituju. Pengaruh tersebut bisa dalam bentuk perkenalan terhadap suatu obyek, perubahan sikap atau pemikiran, penguatan nilai serta kepercayaan, sampai pergerakan untuk melakukan hal atas pengaruh informasi yang ia dapatkan. Menurut Devito (1996), persuasi bisa datang dalam bentuk :
a.       Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; mengukuhkan adalah usaha untuk melakukan persuasi, kita pusatkan pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan khalayak agar mereka bertindak dengan cara tertentu.
Contoh :  Jika kita mempunyai sikap menyukai ilmu komunikasi, kita akan cenderung kuliah di fakultas ilmu komunikasi, membaca tentang komunikasi, berbicara tentang ilmu komunikasi dan melakukan penelitian dalam bidang komunikasi. Tetapi, apabila kita tidak menyukai ilmu komunikasi maka kita akan menghindari kuliah di fakultas ilmu komunikasi dan kita tidak tertarik untuk meneliti masalah-masalah komunikasi.
b.      Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; media akan mengubah orang yang tidak memihak pada suatu masalah tertentu. Menurut DeVito, media juga menghasilkan banyak perubahan yang kita anggap sepele.
Contoh : ada seseorang yang tidak memihak antara ahok juga agus yudhoyono dalam pemilihan cagub jakarta, namun akibat media tertentu dia akan memilih dalah satu diantara mereka.
c.       Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; menggerakan adalah fugsi terpenting media massa, karena media haruslah mengajak pembaca atau pemirsa untuk membeli dan menggunakan merk tertentu.
Contoh : dalam konteks iklan, kerbehasilannya dilihat dari seberapa besar minat orang untuk membeli barang yang diiklankan tersebut. Dalam konteks lain, partai berkampanye melalui televisi memiliki tujuan agar para calon pemilih tersebut tidak hanya menjadi partisan, tapi lebih dari itu menjadi konstituen atau pemilih tetap.
d.      Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu; funggsi persuasif dari media massa lainnya adalah mengetikakan (ethicizing). Dengan mengungkapkan secara terbuka tentang adanya penyimpanan tertentu dari suatu norma yang berlaku media merangsang masyarakatbuntuk mengubah situasi. Mereka menyajikan etik kolektif kepada pembaca dan pemirsa.
Contoh : Skandal pangeran Charles dengan Camila, Tanpa di publikasikan percintaan pangeran Charles dengan Camila, tidak mungkin akan memunculkan tuntutan masyarakat yang akhirnya mencoreng muka kerajaan Inggris.

2. Fungsi Menganugerahkan Status
Media massa tidak hanya menyebarkan informasi yang bersifat cepat umum saja, namun juga banyak ranah pribadi suatu personal yang diangkat ke permukaan masyarakat. Maka dari itu media massa juga dapat memberikan pengaruh terhadap citra seseorang. Misalnya untuk saat ini media massa sangat sukses memberikan citra pada walikota Bandung Ridwan Kamil yang dikenal sebagai Walikota yang gaul di sosial media juga dapat membuat Bandung terlihat menjadi cantik karena taman-taman yang dibuatnya. Penganugerahan status (status conferal) terjadi apabila berita yang disebarluaskan melaporkan kegiatan individu-individu tertentu sehingga prestise (gengsi) mereka meningkat.

3. Fungsi Membius (Narcotization)
Selain meyakinkan komunikasi massa memiliki fungsi membius dimana penerima pesan hanya akan menerima informasi dan meyakinkan apa yang ada didalamnya tanpa bersikap kritis. Dalam hal ini kejadian tersebut seperti pasien yang diberi obat bius, yang pada akhirnya langsung masuk kedalam sel darah dan mempengaruhi partikel dalam tubuh. Begitu pula dengan informasi yang dibiuskan, hanya akan diterima tanpa penyaringan terlebih dahulu oleh individunya.

4. Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan
Komunikasi massa memiliki peneriman pesan yang beragam dan tersebar. Namun tidak dipungkiri bahwa media massa bisa menjadi tali penghubung antar masyarakat terlebih jika memiliki minat yang sama. Contoh : iklan ajang pencarian bakat

5. Fungsi Privatisasi
Perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi di masa kini memberikan perubahan pada perilaku masyarakat. Mudahnya media massa dan komunikasi menjadikan banyak individu yang lebih menyukai untuk menyendiri, terlebih lagi banyaknya kabar negatif tentang dunia luar membuat sebagian orang ragu-ragu untuk mencoba “keluar” dan sudah terlalu nyaman pada dunianya sendiri. Dalam banyak hal, ini dilakukan dalam bentuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah sepele (DeVito,1996), contohnya baju atau kosmetik apa yang harus di beli, restoran mana yang akan dikunjungi untuk makan malam atau film apa yang akan di tonton dan di bioskop mana dan sebagainya.

Bagaimana orang menggunakan media massa                 


Pada setiap tingkatan individu kita lakukan pendekatan fungsional yang diberi nama uses and gratifications model. Dalam bentuk paling sederhana, uses and gratifications model adalah memosisikan khalayak anggota memiliki kebutuhan atau dorongan tertentu yang dipuaskan oleh sumber media dan nonmedia (Dominick. 2000). Lalu kebutuhan aktual dipuaskan oleh media yang di sebut media gratification. Sejumlah peneliti mengklasifikasikan berbagai penggunaan dan kepuasan kedalam empat kategori sistem, yaitu :

·      Cognition ( kognisi /pengetahuan )

Kognisi yang mendasari tindakan seseorang untuk mengetahui sesuatu. Seseorang menggunakan media massa untuk memperoleh informasi tentang sesuatu, kemudian dia menggunakan media sebagai bagian dari kognisi.
Hasil suvei menunjukkan alasan orang menggunakan media :
(1)   Saya ingin mengamati apa yang sedang pemerintah kerjakan.
(2)   Saya ingin memahami apa yang terjadi di dunia,
(3)   Saya ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh para pemimpin partai.
                              
Alasan lain orang menggunakan media :
(1) Saya ingin belajar bagaimana melakukun sesuatu, yang sebelumnya tak pernah dilakukan.
(2) Saya ingin memuaskan rasa ingin tahu saya.
(3) Media membuat saya ingin belajar lebih tentang sesuatu.
(4) Media memberi saya ide-ide.

·         Diversion (hiburan)
Kebutuhan dasar lainnya pada manusia adalah hiburan. Hiburan dapat diperoleh melalui beberapa bentuk yang dikemukakan para peneliti sebagai berikut :
(1)   Stimulation atau pencarian untuk mengurangi rasa bosan atau melepaskan diri dari kegiatan rutin.
(2)   Relaxation (santai) atau pelarian dari tekanan dan masalah.
(3)   Emotional release (pelepasan emosi) dari perasaan dan energi yang terpendam.

·         Social utility ( kepentingan sosial)
Kebutuhan ini untuk memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan yang lainnya dalam masyarakat. Kebutuhan ini diperoleh melalui pembicaraan dan diskusi tentang sebuah program TV, film baru, atau program radio siaran yang baru.

·         Withdrawal (pelarian)
Orang menggunakan media tidak hanya untuk tujuan santai, tetapi juga sebagai withdrawal (pelarian). Orang menggunakan media massa untuk mengatasi rintangan antar mereka dan orang lain, atau menghindari aktivitas lain.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Ardianto. Elvinaro. Dkk. 2007. Komunikasi Massa - Suatu Pengantar (Edisi Revisi). Bandung. Simbiosa Rekatama Media

Kamis, 17 November 2016

SOSIOLOGI KOMUNIKASI TRAGEDI JAKARTA 1998




NAMA            : FRISKILA DESI
NPM               : C1021511RB5108
JURUSAN      : ILMU KOMUNIKASI (UNIV. SANGGA BUANA YPKP BDG )
DOSEN          : Adi permana S.,S.I.Kom.,M.I.Kom

 

TRAGEDI JAKARTA 1998

(GERAKAN MAHASISWA DI INDONESIA)

KRONOLOGIS TRAGEDI


Pada tahun 1998 indonesia mengalami krisis ekonomi, meningkatnya inflasi dan pengangguran menyebabkan ketidak puasan terhadap pemerintah yang lamban dan juga merajalelanya korupsi di indonesia. Lalu pada bulan April 1997 Soeharto terpilih kembali menjadi presiden yang ke 7 kalinya bersama B. J. Habibi yang menjadi wakil presiden. Lalu setelah terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh indonesia menyelenggarakan demonstarasi besar-besaran untuk meminta pemilu ulang dan tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis.
Namun saat mahasiswa indonesia meneriakan aspirasi rakyat mereka malah dipukuli karena dianggap menimbulkan kekacauan.

Dimulai dari 12 mei 1998 (tragedi trisakti)

Pada awalnya demonstrasi diselenggarakan didalam kampus sesuai anjuran aparat untuk tidak turun ke jalan. Namun mahasiswa jengkel dengan pengekangan di masa itu, lalu mereka memaksa untuk berdemonstrasi di gedung MPR karena disana meraka bisa menyampaikan tuntutan mereka langsung kepada pemerintah.
Lalu mahasiswa dari universitas trisakti yang jaraknya tidak jauh dari gedung MPR langsung turun ke jalan berhadaapan dengan aprarat dan dihujani peluru. Disitulah 4 mahasiswa trisakti meninggal setelah ditembak oleh aparat keamanan pada saat berdemonstrasi.
Setelah kejadian trisakti tersebut selama 2 hari berikutnya memicu terjadinya kerusuhan yang menewaskan ratusan orang, dan seminggu kemudian para mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR tanpa perlawanan dari aparat keamanan mereka menuntut lengsernya Soeharto dari jabatan presidennya yang sekarang, dikarenakan soeharto tidak dapat mengendalikan kerusuhan dan gagal mendapatkan dukungan dari ulama serta tokoh masyarakat ditambah lagi dengan pengunduran 14 mentrinya membuat Soeharto harus mundur dan digantikan oleh wakilnya yaitu B.J. Habibie.
Namun para mahasiswa tidaklah setuju dengan naiknya Habibie menjadi presiden karena menurut mereka Habibie adalah kroni dari Soeharto. Menyadari bahwa para kroni Soeharto masih berkuasa dan militer masih melindungi Soeharto mahasiswa berangapan bahwa revormasi justu menjauh dari harapan. Setelah itu demo semakin marak dan para demonstran dari berbagai kampus turun kejalan sehingga mengakibatkan aparat keamanan bertindak secara berlebihan mereka mengarahkan ribuan serdadu bersenjata lengkap untuk menghadapi para demonstran. Menurut para aparat keamanan para demonstran ini adalah musuh negara.
Setelah itu ketegangan memuncak setelah sidang istimewa MPR yang bertugas mempersiapkan pemilihan umum. Namun mahasiswa menolak sidang tersebut karena pesertanya berasal dari penunjukan era Soeharto, mahasiswa menuntut suatu sidang rakyat dengan perwakilan yang terpercaya, mereka dan  kelompok masyarakat meminta agar reformis sejati dilibatkan dalam agenda sidang. Tapi sidang tetaplah dilanjutkan oleh MPR tanpa menggubris permintaan mahasiswa, dan itu membuat mahasiswa semakin agresif.
Sepanjang sidang istmewa para mahasiswa terus turun ke jalan, dan saat mendekati hari terakhir masa sidang para mahasiswa terus berusaha menembus garis batas gedung MPR dan disitu terjadilah pemukulan yang brutal lalu pada malam harinya penutupan sidang, terjadilan penembakan di jembatan semanggi.

Tragedi jembatan semanggi ( 13 November 1998 )

Pristiwa ini lebih parah dibandingkan dengan pristiwa trisakti (12 mei 1998) karena disini penembakan terus dilakukan oleh aparat ke arah para demonstran terlebih pada malam harinya banyak sekali korban berjatuhan.
Dengan banyaknya korban berjatuhan itu manambah semangat para demonstran untuk melakukan pemberontakan.
Setelah sidang istimewa selesai para mahasiswa kembali turun ke jalan untuk menuntut sidang yang sejati dan salah satu keputusan sidang istimewa adalah menyelidiki kekayaan keluarga dan kroni Soeharto lalu mengadilinya namun Habibie tidak menyelidikinya meskipun sudah beberapa bulan menjabat dan itu membuat para mahasiswa turun kembali ke jalan untuk menuntut kebenaran, keterbukaan dan keadilan.
Demo demi demo terjadi terus menerus, sampai banyak korban yang berjatuhan baik pria ataupun wanita sehingga para mahasiswa menerapkan strategi baru setelah pristiwa semanggi yang menumpahkan banyak korban terutama pada demonstran perempuan yang medapat perlakuan kasar juga pemukulan, mereka memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka harus bertarung.
Berberapa minggu sebelum bulan suci ramadhan, mahasiswa turun ke jalan tidak lagi untuk revolusi damai melainkan pekik revolusi mereka sengaja memancing konfrontasi membalas perlakuan militer yang kasar pada rekan-rekan mereka. Kejadian itu terjadi pada 17 desember 1998 di taman ria senayan.
Di taman ria para demonstran berhasil menembus garis batas polisi dan memukul mundur para aparat kemamanan, sekalipun beberpa pemimpin mahasiswa mencegah agar bentrokan tidak menimbulkan pertumpahan darah namun para demonstran tidaklah terkontrol lagi. Dari Peristiwa ini menewaskan kurang lebih 15 orang, 8 masyarakat dan 7 orang mahasiswa.

Dari kisah diatas dapat disimpulkan bahwa menurut sosiologi Tragedi Trisakti dan Semanggi ini merupakan contoh sifat disosiatif yang berbentuk pertentangan atau konflik, yaitu perjuangan kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya. Pada tragedi Trisakti dan Semanggi, mahasiswa dan aparat keamanan mempunyai tujuan yang berbeda. Mahasiswa menginginkan aspirasi mereka dipenuhi sedangkan aparat keamanan bertujuan melaksanakan tugasnya, mengamankan keadaan. Dalam pertentangan atau konflik perasaan dapat mempertajam perbedaan tersebut sehingga perbedaan ini memuncak dan mengakibatkan konflik antar kelompok yang berusaha saling menghancurkan lawan dengan ancaman atau kekerasan. Dalam
Tragedi Trisakti, orasi yang disampaikan mahasiswa membuat emosi para aparat keamanan, sehingga terjadilah penembakan yang dilakukan aparat keamanan terhadap para mahasiswa. Sedangkan dalam Tragedi Semanggi, para mahasiswa dendam atas penembakan yang dilakukan oleh aparat keamanan, sehingga perasaan dendam itu memicu terjadinya Tragedi Semanggi.
Tragedi Jakarta 1998 ini juga merupakan bentuk penyimpangan sosial. Tragedi ini mengandung macam macam perilaku penyimpangan, contohnya: Pembunuhan, Penganiayaan, seperti yang terjadi di berbagai lokasi oleh aparat keamanan yang menimbulkan korban fisik maupun mental; pelecehan seksual, kekerasan, serta perampasan kemerdekaan, yang merupakan penyimpangan sosial yang menyangkut hak milik orang lain, seperti penahanan yang dilakukan secara sewenang wenang dan melewati batas batas kepatutan sehingga menimbulkan rasa tidak aman dan trauma.
Menurut Robert K. Merton, Tragedi Jakarta 1998 ini merupakan cara adaptasi pemberontakan(rebellion). Pada adaptasi ini orang tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada dan berupaya menciptakan struktur sosial yang baru. Penyimpangan sosial yang terjadi menyebabkan terganggunya ketertiban dan keseimbangan hidup dalam masyarakat.
Walaupun banyak sisi negatif dalam peristiwa ini, kita masih dapat melihat adanya sisi positif dari peristiwa ini. Pertama adalah perombakan aturan aturan yang mengekang hak politik warga negara pada masa orde baru. Dan yang kedua adalah semangat, kebersamaan, serta kepedulian mahasiswa terhadap kemajuan Indonesia yang patut ditiru oleh generasi generasi muda.

Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi adalah kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik.
Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.
Jadi pada kasus ini tragedi 1998 adalah pristiwa yang menimbulkan pengaruh antar para demonstran yang menuntut suara mereka di dengar oleh para pemerintah yang pada masa itu menurut para masyarakat terutama mahasiswa pemerintahan tersebut sangatlah carut marut dan selayaknya di rombak kepemimpinannya agar Indonesia menjadi lebih baik.

Menurut Onong Uchyana Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Dalam tragedi ini komuniksi yang disampaikan oleh pada mahasiswa atau para demonstran ialah pikiran atau keinginan mereka dalam merubah sistem pemerintahan di indonesia agar menjadi lebih baik sesuai yang mereka harapkan. Meskipun beberapa keinginan mereka terwujud yaitu legsernya Soeharto dari jabatannya namun kejadian setelah itu menjadi lebih lebih brutal dan menimbulkan banyak korban yaitu tragedi trisakti dan tragedi semanggi.

Sosiologi komunikasi  adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu komunikasi dari sudut sosiologis. Dalam sosiologi komunikasi ini membahas tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik sebagai aktivitas sosial, interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok maupun efek sosial dari komunikasi dalam masyarakat tersebut.


Jadi mungkin dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh para mahasiswa yang berdemo agar tuntutan mereka didengar oleh para pemerintah menimbulkan sebuah konflik yang berkelanjutan, sehingga menyebabkan banyak korban jatuh, dan dalam  pristiwa ini menyebabkan trauma yang sangat mendalam terlebih lagi bagi keluarga yang di tinggalkan.
Pristiwa ini dalam sosiologi komunikasi cenderung ke dalam penyimpangan sosial yang mengakibatkan bentrok karena ketidak samaan makna antar komunikator juga komunikan.
Komunikator yang menginginkan lengsernya Seoharto dan kroni-kroninya menyebabkan kerusuhan, meskipun Soeharto akhirnya lengser namun pemerintah masih saja enggan membongkar kekayaan keluarga Soeharto yang membuat para mahasiswa brontak dan menyebabkan para aparat menindak lanjuti demo tersebut secara berlebihan sampai menimbulkan korban.
Dan karena penyimpangan sosial ini yang kominikasi nya tidak lah seperti seharusnya maka menimbulkan beragam tanggapan, yang sampai saat ini terus berlanjut dan menjadi bahan pelajaran bagi seluruh masyarakat indonesia untuk terus berusaha berkomunikasi agar tidak terjadi masalah sosiologi di kemudian hari,

DAFTAR PUSTAKA :