Kamis, 17 November 2016

SOSIOLOGI KOMUNIKASI TRAGEDI JAKARTA 1998




NAMA            : FRISKILA DESI
NPM               : C1021511RB5108
JURUSAN      : ILMU KOMUNIKASI (UNIV. SANGGA BUANA YPKP BDG )
DOSEN          : Adi permana S.,S.I.Kom.,M.I.Kom

 

TRAGEDI JAKARTA 1998

(GERAKAN MAHASISWA DI INDONESIA)

KRONOLOGIS TRAGEDI


Pada tahun 1998 indonesia mengalami krisis ekonomi, meningkatnya inflasi dan pengangguran menyebabkan ketidak puasan terhadap pemerintah yang lamban dan juga merajalelanya korupsi di indonesia. Lalu pada bulan April 1997 Soeharto terpilih kembali menjadi presiden yang ke 7 kalinya bersama B. J. Habibi yang menjadi wakil presiden. Lalu setelah terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh indonesia menyelenggarakan demonstarasi besar-besaran untuk meminta pemilu ulang dan tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis.
Namun saat mahasiswa indonesia meneriakan aspirasi rakyat mereka malah dipukuli karena dianggap menimbulkan kekacauan.

Dimulai dari 12 mei 1998 (tragedi trisakti)

Pada awalnya demonstrasi diselenggarakan didalam kampus sesuai anjuran aparat untuk tidak turun ke jalan. Namun mahasiswa jengkel dengan pengekangan di masa itu, lalu mereka memaksa untuk berdemonstrasi di gedung MPR karena disana meraka bisa menyampaikan tuntutan mereka langsung kepada pemerintah.
Lalu mahasiswa dari universitas trisakti yang jaraknya tidak jauh dari gedung MPR langsung turun ke jalan berhadaapan dengan aprarat dan dihujani peluru. Disitulah 4 mahasiswa trisakti meninggal setelah ditembak oleh aparat keamanan pada saat berdemonstrasi.
Setelah kejadian trisakti tersebut selama 2 hari berikutnya memicu terjadinya kerusuhan yang menewaskan ratusan orang, dan seminggu kemudian para mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR tanpa perlawanan dari aparat keamanan mereka menuntut lengsernya Soeharto dari jabatan presidennya yang sekarang, dikarenakan soeharto tidak dapat mengendalikan kerusuhan dan gagal mendapatkan dukungan dari ulama serta tokoh masyarakat ditambah lagi dengan pengunduran 14 mentrinya membuat Soeharto harus mundur dan digantikan oleh wakilnya yaitu B.J. Habibie.
Namun para mahasiswa tidaklah setuju dengan naiknya Habibie menjadi presiden karena menurut mereka Habibie adalah kroni dari Soeharto. Menyadari bahwa para kroni Soeharto masih berkuasa dan militer masih melindungi Soeharto mahasiswa berangapan bahwa revormasi justu menjauh dari harapan. Setelah itu demo semakin marak dan para demonstran dari berbagai kampus turun kejalan sehingga mengakibatkan aparat keamanan bertindak secara berlebihan mereka mengarahkan ribuan serdadu bersenjata lengkap untuk menghadapi para demonstran. Menurut para aparat keamanan para demonstran ini adalah musuh negara.
Setelah itu ketegangan memuncak setelah sidang istimewa MPR yang bertugas mempersiapkan pemilihan umum. Namun mahasiswa menolak sidang tersebut karena pesertanya berasal dari penunjukan era Soeharto, mahasiswa menuntut suatu sidang rakyat dengan perwakilan yang terpercaya, mereka dan  kelompok masyarakat meminta agar reformis sejati dilibatkan dalam agenda sidang. Tapi sidang tetaplah dilanjutkan oleh MPR tanpa menggubris permintaan mahasiswa, dan itu membuat mahasiswa semakin agresif.
Sepanjang sidang istmewa para mahasiswa terus turun ke jalan, dan saat mendekati hari terakhir masa sidang para mahasiswa terus berusaha menembus garis batas gedung MPR dan disitu terjadilah pemukulan yang brutal lalu pada malam harinya penutupan sidang, terjadilan penembakan di jembatan semanggi.

Tragedi jembatan semanggi ( 13 November 1998 )

Pristiwa ini lebih parah dibandingkan dengan pristiwa trisakti (12 mei 1998) karena disini penembakan terus dilakukan oleh aparat ke arah para demonstran terlebih pada malam harinya banyak sekali korban berjatuhan.
Dengan banyaknya korban berjatuhan itu manambah semangat para demonstran untuk melakukan pemberontakan.
Setelah sidang istimewa selesai para mahasiswa kembali turun ke jalan untuk menuntut sidang yang sejati dan salah satu keputusan sidang istimewa adalah menyelidiki kekayaan keluarga dan kroni Soeharto lalu mengadilinya namun Habibie tidak menyelidikinya meskipun sudah beberapa bulan menjabat dan itu membuat para mahasiswa turun kembali ke jalan untuk menuntut kebenaran, keterbukaan dan keadilan.
Demo demi demo terjadi terus menerus, sampai banyak korban yang berjatuhan baik pria ataupun wanita sehingga para mahasiswa menerapkan strategi baru setelah pristiwa semanggi yang menumpahkan banyak korban terutama pada demonstran perempuan yang medapat perlakuan kasar juga pemukulan, mereka memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka harus bertarung.
Berberapa minggu sebelum bulan suci ramadhan, mahasiswa turun ke jalan tidak lagi untuk revolusi damai melainkan pekik revolusi mereka sengaja memancing konfrontasi membalas perlakuan militer yang kasar pada rekan-rekan mereka. Kejadian itu terjadi pada 17 desember 1998 di taman ria senayan.
Di taman ria para demonstran berhasil menembus garis batas polisi dan memukul mundur para aparat kemamanan, sekalipun beberpa pemimpin mahasiswa mencegah agar bentrokan tidak menimbulkan pertumpahan darah namun para demonstran tidaklah terkontrol lagi. Dari Peristiwa ini menewaskan kurang lebih 15 orang, 8 masyarakat dan 7 orang mahasiswa.

Dari kisah diatas dapat disimpulkan bahwa menurut sosiologi Tragedi Trisakti dan Semanggi ini merupakan contoh sifat disosiatif yang berbentuk pertentangan atau konflik, yaitu perjuangan kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya. Pada tragedi Trisakti dan Semanggi, mahasiswa dan aparat keamanan mempunyai tujuan yang berbeda. Mahasiswa menginginkan aspirasi mereka dipenuhi sedangkan aparat keamanan bertujuan melaksanakan tugasnya, mengamankan keadaan. Dalam pertentangan atau konflik perasaan dapat mempertajam perbedaan tersebut sehingga perbedaan ini memuncak dan mengakibatkan konflik antar kelompok yang berusaha saling menghancurkan lawan dengan ancaman atau kekerasan. Dalam
Tragedi Trisakti, orasi yang disampaikan mahasiswa membuat emosi para aparat keamanan, sehingga terjadilah penembakan yang dilakukan aparat keamanan terhadap para mahasiswa. Sedangkan dalam Tragedi Semanggi, para mahasiswa dendam atas penembakan yang dilakukan oleh aparat keamanan, sehingga perasaan dendam itu memicu terjadinya Tragedi Semanggi.
Tragedi Jakarta 1998 ini juga merupakan bentuk penyimpangan sosial. Tragedi ini mengandung macam macam perilaku penyimpangan, contohnya: Pembunuhan, Penganiayaan, seperti yang terjadi di berbagai lokasi oleh aparat keamanan yang menimbulkan korban fisik maupun mental; pelecehan seksual, kekerasan, serta perampasan kemerdekaan, yang merupakan penyimpangan sosial yang menyangkut hak milik orang lain, seperti penahanan yang dilakukan secara sewenang wenang dan melewati batas batas kepatutan sehingga menimbulkan rasa tidak aman dan trauma.
Menurut Robert K. Merton, Tragedi Jakarta 1998 ini merupakan cara adaptasi pemberontakan(rebellion). Pada adaptasi ini orang tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada dan berupaya menciptakan struktur sosial yang baru. Penyimpangan sosial yang terjadi menyebabkan terganggunya ketertiban dan keseimbangan hidup dalam masyarakat.
Walaupun banyak sisi negatif dalam peristiwa ini, kita masih dapat melihat adanya sisi positif dari peristiwa ini. Pertama adalah perombakan aturan aturan yang mengekang hak politik warga negara pada masa orde baru. Dan yang kedua adalah semangat, kebersamaan, serta kepedulian mahasiswa terhadap kemajuan Indonesia yang patut ditiru oleh generasi generasi muda.

Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi adalah kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik.
Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.
Jadi pada kasus ini tragedi 1998 adalah pristiwa yang menimbulkan pengaruh antar para demonstran yang menuntut suara mereka di dengar oleh para pemerintah yang pada masa itu menurut para masyarakat terutama mahasiswa pemerintahan tersebut sangatlah carut marut dan selayaknya di rombak kepemimpinannya agar Indonesia menjadi lebih baik.

Menurut Onong Uchyana Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Dalam tragedi ini komuniksi yang disampaikan oleh pada mahasiswa atau para demonstran ialah pikiran atau keinginan mereka dalam merubah sistem pemerintahan di indonesia agar menjadi lebih baik sesuai yang mereka harapkan. Meskipun beberapa keinginan mereka terwujud yaitu legsernya Soeharto dari jabatannya namun kejadian setelah itu menjadi lebih lebih brutal dan menimbulkan banyak korban yaitu tragedi trisakti dan tragedi semanggi.

Sosiologi komunikasi  adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu komunikasi dari sudut sosiologis. Dalam sosiologi komunikasi ini membahas tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik sebagai aktivitas sosial, interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok maupun efek sosial dari komunikasi dalam masyarakat tersebut.


Jadi mungkin dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh para mahasiswa yang berdemo agar tuntutan mereka didengar oleh para pemerintah menimbulkan sebuah konflik yang berkelanjutan, sehingga menyebabkan banyak korban jatuh, dan dalam  pristiwa ini menyebabkan trauma yang sangat mendalam terlebih lagi bagi keluarga yang di tinggalkan.
Pristiwa ini dalam sosiologi komunikasi cenderung ke dalam penyimpangan sosial yang mengakibatkan bentrok karena ketidak samaan makna antar komunikator juga komunikan.
Komunikator yang menginginkan lengsernya Seoharto dan kroni-kroninya menyebabkan kerusuhan, meskipun Soeharto akhirnya lengser namun pemerintah masih saja enggan membongkar kekayaan keluarga Soeharto yang membuat para mahasiswa brontak dan menyebabkan para aparat menindak lanjuti demo tersebut secara berlebihan sampai menimbulkan korban.
Dan karena penyimpangan sosial ini yang kominikasi nya tidak lah seperti seharusnya maka menimbulkan beragam tanggapan, yang sampai saat ini terus berlanjut dan menjadi bahan pelajaran bagi seluruh masyarakat indonesia untuk terus berusaha berkomunikasi agar tidak terjadi masalah sosiologi di kemudian hari,

DAFTAR PUSTAKA :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar