NAMA : FRISKILA DESI
NPM : C1021511RB5108
JURUSAN : ILMU KOMUNIKASI (UNIV. SANGGA BUANA YPKP BDG )
NPM : C1021511RB5108
JURUSAN : ILMU KOMUNIKASI (UNIV. SANGGA BUANA YPKP BDG )
DOSEN : Adi permana
S.,S.I.Kom.,M.I.Kom
TRAGEDI JAKARTA 1998
(GERAKAN MAHASISWA DI INDONESIA)
KRONOLOGIS TRAGEDI
Pada
tahun 1998 indonesia mengalami krisis ekonomi, meningkatnya inflasi dan
pengangguran menyebabkan ketidak puasan terhadap pemerintah yang lamban dan
juga merajalelanya korupsi di indonesia. Lalu pada bulan April 1997 Soeharto
terpilih kembali menjadi presiden yang ke 7 kalinya bersama B. J. Habibi yang
menjadi wakil presiden. Lalu setelah terpilihnya kembali Soeharto sebagai
presiden mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh indonesia menyelenggarakan
demonstarasi besar-besaran untuk meminta pemilu ulang dan tindakan efektif
pemerintah untuk mengatasi krisis.
Namun
saat mahasiswa indonesia meneriakan aspirasi rakyat mereka malah dipukuli
karena dianggap menimbulkan kekacauan.
Dimulai dari 12 mei 1998 (tragedi trisakti)
Pada
awalnya demonstrasi diselenggarakan didalam kampus sesuai anjuran aparat untuk
tidak turun ke jalan. Namun mahasiswa jengkel dengan pengekangan di masa itu,
lalu mereka memaksa untuk berdemonstrasi di gedung MPR karena disana meraka
bisa menyampaikan tuntutan mereka langsung kepada pemerintah.
Lalu
mahasiswa dari universitas trisakti yang jaraknya tidak jauh dari gedung MPR
langsung turun ke jalan berhadaapan dengan aprarat dan dihujani peluru.
Disitulah 4 mahasiswa trisakti meninggal setelah ditembak oleh aparat keamanan
pada saat berdemonstrasi.
Setelah
kejadian trisakti tersebut selama 2 hari berikutnya memicu terjadinya kerusuhan
yang menewaskan ratusan orang, dan seminggu kemudian para mahasiswa berhasil
menduduki gedung DPR tanpa perlawanan dari aparat keamanan mereka menuntut
lengsernya Soeharto dari jabatan presidennya yang sekarang, dikarenakan
soeharto tidak dapat mengendalikan kerusuhan dan gagal mendapatkan dukungan
dari ulama serta tokoh masyarakat ditambah lagi dengan pengunduran 14 mentrinya
membuat Soeharto harus mundur dan digantikan oleh wakilnya yaitu B.J. Habibie.
Namun
para mahasiswa tidaklah setuju dengan naiknya Habibie menjadi presiden karena
menurut mereka Habibie adalah kroni dari Soeharto. Menyadari bahwa para kroni
Soeharto masih berkuasa dan militer masih melindungi Soeharto mahasiswa
berangapan bahwa revormasi justu menjauh dari harapan. Setelah itu demo semakin
marak dan para demonstran dari berbagai kampus turun kejalan sehingga
mengakibatkan aparat keamanan bertindak secara berlebihan mereka mengarahkan
ribuan serdadu bersenjata lengkap untuk menghadapi para demonstran. Menurut
para aparat keamanan para demonstran ini adalah musuh negara.
Setelah
itu ketegangan memuncak setelah sidang istimewa MPR yang bertugas mempersiapkan
pemilihan umum. Namun mahasiswa menolak sidang tersebut karena pesertanya
berasal dari penunjukan era Soeharto, mahasiswa menuntut suatu sidang rakyat
dengan perwakilan yang terpercaya, mereka dan
kelompok masyarakat meminta agar reformis sejati dilibatkan dalam agenda
sidang. Tapi sidang tetaplah dilanjutkan oleh MPR tanpa menggubris permintaan
mahasiswa, dan itu membuat mahasiswa semakin agresif.
Sepanjang
sidang istmewa para mahasiswa terus turun ke jalan, dan saat mendekati hari
terakhir masa sidang para mahasiswa terus berusaha menembus garis batas gedung
MPR dan disitu terjadilah pemukulan yang brutal lalu pada malam harinya
penutupan sidang, terjadilan penembakan di jembatan semanggi.
Tragedi jembatan semanggi ( 13 November 1998 )
Pristiwa
ini lebih parah dibandingkan dengan pristiwa trisakti (12 mei 1998) karena
disini penembakan terus dilakukan oleh aparat ke arah para demonstran terlebih
pada malam harinya banyak sekali korban berjatuhan.
Dengan
banyaknya korban berjatuhan itu manambah semangat para demonstran untuk
melakukan pemberontakan.
Setelah
sidang istimewa selesai para mahasiswa kembali turun ke jalan untuk menuntut
sidang yang sejati dan salah satu keputusan sidang istimewa adalah menyelidiki
kekayaan keluarga dan kroni Soeharto lalu mengadilinya namun Habibie tidak
menyelidikinya meskipun sudah beberapa bulan menjabat dan itu membuat para
mahasiswa turun kembali ke jalan untuk menuntut kebenaran, keterbukaan dan
keadilan.
Demo
demi demo terjadi terus menerus, sampai banyak korban yang berjatuhan baik pria
ataupun wanita sehingga para mahasiswa menerapkan strategi baru setelah
pristiwa semanggi yang menumpahkan banyak korban terutama pada demonstran
perempuan yang medapat perlakuan kasar juga pemukulan, mereka memperkuat
keyakinan mereka bahwa mereka harus bertarung.
Berberapa
minggu sebelum bulan suci ramadhan, mahasiswa turun ke jalan tidak lagi untuk
revolusi damai melainkan pekik revolusi mereka sengaja memancing konfrontasi
membalas perlakuan militer yang kasar pada rekan-rekan mereka. Kejadian itu
terjadi pada 17 desember 1998 di taman ria senayan.
Di
taman ria para demonstran berhasil menembus garis batas polisi dan memukul
mundur para aparat kemamanan, sekalipun beberpa pemimpin mahasiswa mencegah
agar bentrokan tidak menimbulkan pertumpahan darah namun para demonstran
tidaklah terkontrol lagi. Dari Peristiwa ini menewaskan kurang lebih 15 orang,
8 masyarakat dan 7 orang mahasiswa.
Dari
kisah diatas dapat disimpulkan bahwa menurut sosiologi Tragedi Trisakti dan
Semanggi ini merupakan contoh sifat disosiatif yang berbentuk pertentangan atau
konflik, yaitu perjuangan kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya. Pada
tragedi Trisakti dan Semanggi, mahasiswa dan aparat keamanan mempunyai tujuan
yang berbeda. Mahasiswa menginginkan aspirasi mereka dipenuhi sedangkan aparat
keamanan bertujuan melaksanakan tugasnya, mengamankan keadaan. Dalam
pertentangan atau konflik perasaan dapat mempertajam perbedaan tersebut
sehingga perbedaan ini memuncak dan mengakibatkan konflik antar kelompok yang
berusaha saling menghancurkan lawan dengan ancaman atau kekerasan. Dalam
Tragedi
Trisakti, orasi yang disampaikan mahasiswa membuat emosi para aparat keamanan,
sehingga terjadilah penembakan yang dilakukan aparat keamanan terhadap para
mahasiswa. Sedangkan dalam Tragedi Semanggi, para mahasiswa dendam atas
penembakan yang dilakukan oleh aparat keamanan, sehingga perasaan dendam itu memicu
terjadinya Tragedi Semanggi.
Tragedi
Jakarta 1998 ini juga merupakan bentuk penyimpangan sosial. Tragedi ini
mengandung macam macam perilaku penyimpangan, contohnya: Pembunuhan, Penganiayaan,
seperti yang terjadi di berbagai lokasi oleh aparat keamanan yang menimbulkan
korban fisik maupun mental; pelecehan seksual, kekerasan, serta perampasan
kemerdekaan, yang merupakan penyimpangan sosial yang menyangkut hak milik orang
lain, seperti penahanan yang dilakukan secara sewenang wenang dan melewati
batas batas kepatutan sehingga menimbulkan rasa tidak aman dan trauma.
Menurut
Robert K. Merton, Tragedi Jakarta 1998 ini merupakan cara adaptasi pemberontakan(rebellion).
Pada adaptasi ini orang tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada dan
berupaya menciptakan struktur sosial yang baru. Penyimpangan sosial yang
terjadi menyebabkan terganggunya ketertiban dan keseimbangan hidup dalam
masyarakat.
Walaupun
banyak sisi negatif dalam peristiwa ini, kita masih dapat melihat adanya sisi positif
dari peristiwa ini. Pertama adalah perombakan aturan aturan yang mengekang hak
politik warga negara pada masa orde baru. Dan yang kedua adalah semangat, kebersamaan,
serta kepedulian mahasiswa terhadap kemajuan Indonesia yang patut ditiru oleh
generasi generasi muda.
Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi
adalah kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu
hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi
antara para individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok. Menurut
Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan public
speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik.
Secara
komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan
segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana
interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek
media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana
perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek media
berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai
akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.
Jadi
pada kasus ini tragedi 1998 adalah pristiwa yang menimbulkan pengaruh antar
para demonstran yang menuntut suara mereka di dengar oleh para pemerintah yang
pada masa itu menurut para masyarakat terutama mahasiswa pemerintahan tersebut
sangatlah carut marut dan selayaknya di rombak kepemimpinannya agar Indonesia
menjadi lebih baik.
Menurut
Onong Uchyana Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian
pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain
yang muncul kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Dalam tragedi ini komuniksi
yang disampaikan oleh pada mahasiswa atau para demonstran ialah pikiran atau
keinginan mereka dalam merubah sistem pemerintahan di indonesia agar menjadi
lebih baik sesuai yang mereka harapkan. Meskipun beberapa keinginan mereka
terwujud yaitu legsernya Soeharto dari jabatannya namun kejadian setelah itu
menjadi lebih lebih brutal dan menimbulkan banyak korban yaitu tragedi trisakti
dan tragedi semanggi.
Sosiologi komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu komunikasi dari sudut
sosiologis.
Dalam sosiologi komunikasi ini membahas tentang tinjauan sosiologis terhadap
komunikasi baik sebagai aktivitas sosial, interaksi sosial antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok maupun
efek sosial dari komunikasi dalam masyarakat tersebut.
Jadi
mungkin dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh para mahasiswa
yang berdemo agar tuntutan mereka didengar oleh para pemerintah menimbulkan
sebuah konflik yang berkelanjutan, sehingga menyebabkan banyak korban jatuh,
dan dalam pristiwa ini menyebabkan trauma
yang sangat mendalam terlebih lagi bagi keluarga yang di tinggalkan.
Pristiwa
ini dalam sosiologi komunikasi cenderung ke dalam penyimpangan sosial yang mengakibatkan
bentrok karena ketidak samaan makna antar komunikator juga komunikan.
Komunikator
yang menginginkan lengsernya Seoharto dan kroni-kroninya menyebabkan kerusuhan,
meskipun Soeharto akhirnya lengser namun pemerintah masih saja enggan
membongkar kekayaan keluarga Soeharto yang membuat para mahasiswa brontak dan
menyebabkan para aparat menindak lanjuti demo tersebut secara berlebihan sampai
menimbulkan korban.
Dan
karena penyimpangan sosial ini yang kominikasi nya tidak lah seperti seharusnya
maka menimbulkan beragam tanggapan, yang sampai saat ini terus berlanjut dan
menjadi bahan pelajaran bagi seluruh masyarakat indonesia untuk terus berusaha
berkomunikasi agar tidak terjadi masalah sosiologi di kemudian hari,
DAFTAR
PUSTAKA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar