Jumat, 24 Juni 2016

Makalah konflik dalam organisasi


KOMUNIKASI ORGANISASI

PERAMASALAHAN : ANALISIS KONFLIK DALAM ORGANISASI


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Komunikasi Organisasi









Disusun oleh :

FRISKILA DESI ( C1021511RB5108 )







2016
UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP BANDUNG
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN ADMINUSTRASI
DOSEN : Pupi Indriati Z,S.Sos,M.Si

REGULER SORE


DAFTAR ISI
                                                                                                                                      

DAFTAR ISI ………………………………………………….…….                      1

KATA PENGANTAR .………………………………………...…….                    2

BAB I PENDAHULUAN .…………………………………………..                    3

1.1                 Latar Belakang ……………………….…….                     3
1.2                 Rumusan Masalah ……………………..…...                     3
1.3       Tujuan …………………………………….….                     3

BAB II KERANGKA TEORI ……………………………………....                   4

2.1       Pengertian Konflik ………………………….                      4
2.2       Konflik Organisasi ………………….……....                      4
2.3       Ciri-Ciri Konflik………………… ……..…...                      5
2.4       Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah
            terjadinya Konflik …………………………..                      5
2.5       Sumber-Sumber Konflik ……………………                     6
2.6       Strategi Mengatasi Konflik …………………                      8


BAB III ANALISA ORGANISASI ………………………………….                 

3.I       Profil dan Sejarah Cipaganti ………………..                    11      
3.II      Analisa Organisasi ………………………..…                     13
BAB IV PENUTUP  …………………………………………………                    14
KESIMPULAN ………………………………………………………                   14
SARAN ……………………………………………………………….                    14

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..                    14









KATA PENGANTAR        

Puji dan syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya dan Inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini. kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah tak ada gading yang  tak retak, Kami akan sangat berlapang dada dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.

                       








Bandung, Maret 2016
Penyusun




























BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
konflik didefinisikan sebagai suatu “perjuangan yang diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka” (Frost & Wilmot, 1978, hal.9 ). “perjuangan” tersebut menggambarkan perbedaan diantara pihak-pihak tersebut yang dinyatakan, dikenali, dan dialami.
Konflik baru terjadi ketika atau setelah perbedaan tersebut dikomunikasikan. Konflik mungkin dinyatakan dengan cara-cara berbeda, dari gerakan nonverbal yang halus hingga pertengkaran habis-habisan; dari sarkasme yang halus hingga kecaman verbal yang terbuka.
Sedangkan manajemen konflik adalah proses membatasi aspek-aspek negative dari konflik sekaligus meningkatkan aspek positif dari konflik. Tujuan dari pengelolaam konflik adalah untuk meningkatkan pembelajaran dan kelompok hasil, termasuk efektifitas atau kinerja dalam pengaturan organisasi (Rahim, 2002: 208).
Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan kea rah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan sesuatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerja sama dan memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasai pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk prilaku) para pelaku dan bagaimana mereka memengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
1.      Konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi dengan pihak luar
2.      Pengaruh konflik pada organisasi

1.3       Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunikasi organisasi juga agar dapat menganalisis suatu konflik yang terjadi di dalam sebuah organisasi atau manajemen











BAB II
KERANGKA TEORI
 
2.1. Pengertian Konflik      
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984). Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda­beda (Devito, 1995:381).

2.2. Konflik Organisasi
Konflik Organisasi dapat dibagi menjadi Intra Organisational dan Inter Organisational (Rahim, 2002):
a.       Konflik Inter Organisational terjadi antara dua orang atau lebih organisasi. Misalnya : ketika bisnis yang berbeda bersaing satu sama lain.
b.      Konflik Intra Organisational terjadi dalam suatu organisasi, dan dapat lebih diklasifikasikan berdasarkan ruang lingkup. Misalnya : departemen, tim kerja, individu.
Klasifikasi konflik organisasi lainnya adalah interpersonal. Interpersonal mengacu pada konflik antara dua atau lebih individu. Konflik interpersonal dibagi menjadi :
Ø  Konflik Pribadi Intragroup, terjadi antara anggota kelompok yang sama
Ø  Konflik Antar Kelompok, konflik pribadi antar golongan terjadi antara kelompok

Sedangkan menurut Myers :1993 konflik terdiri dari 3 yaitu :
1.      Konflik pribadi (personal conflict) : merupakan konflik yang terjadi dalam diri setiap individu karena pertentangan antara apa yang menjadi harapan dan keinginannya dengan apa yang dia hadapi atau dia perolah.

2.      Konflik antar pribadi (interpersonal conflict) : merupakan konflik yang terjadi antara individu yang satu dengan yang lain. Sumber : perbedaan latar belakang individu (usia, jenis kelamin, kebiasaan, kepercayaan), cara pandang (HCC – LCC)

3.      Konflik organisasi (organizational conflict) : perilaku yang terjadi antara kelompok-kelompok dalam organisasi dimana anggota kelompok mengidentifikasikan dirinya dengan kelompoknya, dan merasa bahwa kelompok lain menghalangi pencapaian tujuan maupun harapan­harapannya


2.3.  Ciri-Ciri Konflik

Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
1.      Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
2.      Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3.      Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
4.      Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5.      Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.

2.4. Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik
1.      Konflik masih tersembunyi (laten), Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2.      Konflik yang mendahului (antecedent condition), Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
3.      Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict), Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4.      Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior), Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
5.      Penyelesaian atau tekanan konflik, Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
6.      Akibat penyelesaian konflik, Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993, 38-41).








2.5. Sumber-Sumber Konflik :

1. Intrapersonal Conflict, konflik ini bisa berasal dari dalam diri. Menurut Luthan (2002 : 400), penyebab dari dalam bisa bersumber dari sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian dari orang yang bersangkutan. Ia mengutip hasil penelitian Friedman dan Roseman tentang kepribadian manusia yang mereka klasifikasikan dengan profil tipe A dan tipe B. Ciri-ciri orang berkepribadian tipe A adalah : tidak bisa diam, berjalan cepat, makan cepat, bicara cepat, tidak sabar, melakukan dua hal sekaligus, tidak menyukai waktu senggang, terobsesi dengan angka-angka, mengukur kesuksesan dengan kuantitas, agresf, kompetitif dan selalu merasa dikejar waktu. Sedangkan kepribadian tipe B bercirikan : kurang peduli terhadap waktu, sabar, tidak suka membual, bermain untuk kesenangan bukan kemenangan, santai, tidak dikejar waktu, bertingkah laku tenang dan tidak pernah terburu-buru. Orang-orang bertipe A, lebih cenderung merasakan konflik di dalam diri mereka. Kebanyakan dari mereka akan menderita serangan jantung.
Interpersonal Conflict, Konflik ini dapat terjadi karena perbedaan latar belakang individu (perbedaan pendidikan, keahlian, keterampilan, pengalaman kerja, dan nilai hidup), kemudian karena perbedaan latar belakang sosial (perbedaan budaya, agama, dan sebagainya), serta perbedaan ciri-ciri pribadi (lemah lembut, kasar, tegas, plin-plan, agresif, dan sebagainya). Di kategori ini, di samping konflik yang bersumber dari latar belakang dan ciri kepribadian individu, terdapat juga sumber-sumber lain seperti kekurangan informasi (information deficiency), persaingan dalam perebutan pengaruh, persaingan dalam memperoleh jabatan, pertentangan kepentingan pribadi (misalnya perebutan mobil dinas), konflik antar peranan (seperti antara manajer dan bawahan), melewati batas-batas territorial (letak barang seperti meja yang lewat batas, atau mobil salah parker), gaya kepemimpinan (misalnya pemimpin yang kasar yang menyakiti hati banyak orang yang dipimpinnya.
Intergroup Conflict, Dalam organisasi, terdapat beberapa factor yang menyebabkan konflik :
1.      Perbedaan dalam tujuan dan prioritas. Setiap sub unit dalam organisasi memiliki tujuan dan prioritas khusus. Misalnya, dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi kekuangan perusahaan tetap stabil.
2.      Saling ketergantungan tugas (task interdependence). Ada yang disebut ketergantungan berurutan (sequential interdependence), dimana output dari suatu unit merupakan input dari unit lain. Misalnya, untuk merespon suatu surat permohonan, kepala bagian masih harus menunggu disposisi dari atasannya. Ada juga yang disebut ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), seperti hubungan antara dokter, rumah sakit dan laboratorium.
3.      Konflik yang disebabkan oleh pembagian sumber daya (resource interdependence). Antarunit kerja bersaing karena untuk mendapatkan sumber daya yang lebih (personil, dana, material, peralatan, ruangan, fasilitas computer dan lainnya).
4.      Deskripsi tugas yang tidak jelas. Ini pun akan mengakibatkan konflik. Kekaburan karena tidak ada guide lines dan policies yang jelas, akan membuat kelompok lainnya tersinggung karena dilangkahi.
5.      Perbedaan kekuasaan dan status. Biasanya terjadi karena suatu departemen merasa lebih penting atau memiliki rasa over value ketimbang departemen lainnya. Departemen yang lainnya pasti akan merasa dilecehkan.
6.      Perbedaan sistim imbalan dan intensif yang diatur per-unit, bukan berdasarkan tujuan organisasi.
7.      Faktor birokratik (lini-staf), dimana pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staf lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staf merasa lebih ahli. Ujung-ujungnya konflik. Kedelapan, karena sistem komunikasi dan informasi yang terganggu. Kadang, terjadi misunderstanding di kalangan pelaku organisasi karena informasi yang diterima kurang jelas atau bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya.

Selain itu, penyebab konflik dalam diri adalah apa yang disebut goal conflict. Hal ini terjadi karena seseorang diperhadapkan pada dua tujuan atau karena harus membuat keputusan untuk memilih alternative yang terbaik.
Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict), yaitu :
1)      Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
2)      Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut.
3)      Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.

Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.

Nelson dan Quick (1997 : 385), mengemukakan tiga penyebab intrapersonal conflict :
         Inter-role Conflict, dimana seseorang mengalami konflik yang bertalian dengan peran dalam hidupnya. Biasanya, pekerja / pegawai mengalami konflik, yang disebut work / home conflict. Contohnya, seorang ibu yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) terpaksa harus meninggalkan pekerjaannya, karena harus menjaga anaknya yang dirawat di rumah sakit.
         Intra-role Conflict. Ini terjadi bila terdapat konflik yang bertalian dgn peran tunggal (single role), misalnya saat seseorang menerima perintah yang berbeda dari dua atasannya. Atasan yang satu menyatakan harus menjaga jarak antarkaryawan supaya kinerja tidak terganggu, sementara atasan yang lain meminta agar semua karyawan mengutamakan kerja tim, sehingga ia kesulitan menjalankan perannya.
         Person-role Conflict, sebagai Konflik yang muncul dalam melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai hidup yang dianut. Contohnya, seseorang yang harus menjual produk dengan harga tinggi, padahal dia sadar bahwa calon konsumennya membutuhkan keuangan untuk ongkos sekolahnya.


3.      Konflik yang bersumber dari luar. Misalnya, tuntutan lingkungan kerja yang baru, kehilangan kebebasan pribadi, erosi kontak wajah, terus-menerus dipaksa mempelajari keterampilan kerja baru karena tuntutan pekerjaan, dan terlewatkan dalam promosi jabatan.


2.6. Strategi Mengatasi konflik
           Menurut Wijono (1993 : 42-125) strategi mengatasi konflik, yaitu:

1.         Strategi Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
Menurut Wijono (1993 : 42-66), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tujuh strategi yaitu:
1) Menciptakan kontak dan membina hubungan
2) Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan
3) Menumbuhkan kemampuan /kekuatan diri sendiri
4) Menentukan tujuan
5) Mencari beberapa alternatif
6) Memilih alternatif
7) Merencanakan pelaksanaan jalan keluar

2.         Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict)
Menurut Wijono (1993 : 66-112), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tiga strategi yaitu:

1) Strategi Kalah-Kalah (Lose-Lose Strategy)
Beorientasi pada dua individu atau kelompok yang sama-sama kalah. Biasanya individu atau kelompok yang bertikai mengambil jalan tengah (berkompromi) atau membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik atau menggunakan jasa orang atau kelompok ketiga sebagai penengah.
Dalam strategi kalah-kalah, konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan pihak ketiga bila perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak ketiga diundang untuk campur tangan oleh pihak-pihak yang berselisih atau barangkali bertindak atas kemauannya sendiri. Ada dua tipe utama dalam campur tangan pihak ketiga yaitu:
a.       Arbitrasi (Arbitration)
Arbitrasi merupakan prosedur di mana pihak ketiga mendengarkan kedua belah pihak yang berselisih, pihak ketiga bertindak sebagai hakim dan penengah dalam menentukan penyelesaian konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat.
b.      Mediasi (Mediation)
Mediasi dipergunakan oleh Mediator untuk menyelesaikan konflik tidak seperti yang diselesaikan oleh abriator, karena seorang mediator tidak mempunyai wewenang secara langsung terhadap pihak-pihak yang bertikai dan rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.

2) Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)
Dalam strategi saya menang anda kalah (win lose strategy), menekankan adanya salah satu pihak yang sedang konflik mengalami kekalahan tetapi yang lain memperoleh kemenangan.
Beberapa cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik
dengan win-lose strategy (Wijono, 1993 : 44), dapat melalui:
a.       Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task independence).
b.      Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan perdamaian dengan pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi terhadap perbedaan dan kekaburan dalam batas-batas bidang kerja (jurisdictioanal ambiquity).
c.       Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik, karena adanya rintangan komunikasi (communication barriers).
d.      Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi oleh sifat-sifat individu (individual traits).
e.       Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh dua belah pihak, untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources) secara optimal bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

3) Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)
Penyelesaian yang dipandang manusiawi, karena menggunakan segala pengetahuan, sikap dan keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi yang dapat membuat pihak-pihak yang terlibat saling merasa aman dari ancaman, merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya penyelesaian konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, bukan hanya sekedar memojokkan orang.
Strategi menang-menang jarang dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu:
a.       Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving) Usaha untuk menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua belah pihak.
b.      Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation) Dalam penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan konflik dengan kekuasaan atau menghakimi salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat konflik

3.         Strategi Mengatasi Konflik Organisasi (Organizational Conflict)
Menurut Wijono (1993, pp.113-125), ada beberapa strategi yang bisa dipakai untuk mengantisipasi terjadinya konflik organisasi diantaranya adalah:

1)      Pendekatan Birokratis (Bureaucratic Approach), Konflik muncul karena adanya hubungan birokratis yang terjadi secara vertikal dan untuk menghadapi konflik vertikal model ini, manajer cenderung menggunakan struktur hirarki (hierarchical structure) dalam hubungannya secara otokritas. Konflik terjadi karena pimpinan berupaya mengontrol segala aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh bawahannya. Strategi untuk pemecahan masalah konflik seperti ini biasanya dipergunakan sebagai pengganti dari peraturan-peraturan birokratis untuk mengontrol pribadi bawahannya. Pendekatan birokratis (Bureaucratic Approach) dalam organisasi bertujuan mengantisipasi konflik vertikal (hirarkie) didekati dengan cara menggunakan hirarki
2)      struktural (structural hierarchical), Pendekatan Intervensi Otoritatif Dalam Konflik Lateral (Authoritative Intervention in Lateral Conflict), Bila terjadi konflik lateral, biasanya akan diselesaikan sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat konflik. Kemudian jika konflik tersebut ternyata tidak dapat diselesaikan secara konstruktif, biasanya manajer langsung melakukan intervensi secara otoratif kedua belah pihak.

3)      Pendekatan Sistem (System Approach), Model pendekatan perundingan menekankan pada masalah-masalah kompetisi dan model pendekatan birokrasi menekankan pada kesulitan-kesulitan dalam kontrol, maka pendekatan sistem (system Approach) adalah mengkoordinasikan masalah-masalah konflik yang muncul.
3)Pendekatan ini menekankan pada hubungan lateral dan horizontal antara fungsi-fungsi pemasaran dengan produksi dalam suatu organisasi.

4)      Reorganisasi Struktural (Structural Reorganization), Cara pendekatan dapat melalui mengubah sistem untuk melihat kemungkinan terjadinya reorganisasi struktural guna meluruskan perbedaan kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai kedua belah pihak, seperti membentuk wadah baru dalam organisasi non formal untuk mengatasi konflik yang berlarut-larut sebagai akibat adanya saling ketergantungan tugas (task interdependence) dalam mencapai kepentingan dan tujuan yang berbeda sehingga fungsi organisasi menjadi kabur.


































BAB III
ANALISA ORGANISASI


3.1  Profil dan Sejarah Cipaganti
             PT. Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk (dahulu PT. Cipaganti Cipta Graha Tbk) merupakan perusahaan publik yang bergerak dalam bidang jasa khususnya transportasi dan bermarkas di Bandung, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1985.
              Perusahaan ini dimulai dengan dibukanya usaha jual beli mobil bekas dengan nama Cipaganti Motor oleh Andianto Setiabudi pada tahun 1985 di Jalan Cipaganti No. 84 Bandung. Perkembangan usaha dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup baik sehingga dapat berkembang dengan memiliki beberapa showroom mobil bekas di Jalan Cipaganti, Cihampelas dan Jalan Abdul Muis (sekarang Jalan Pungkur) Bandung.
              Seiring dengan perkembangan perekonomian nasional dan banyaknya perusahaan besar yang melakukan out source untuk kebutuhan kendaraan sebagai sarana transportasi dan operasional perusahaan. Dengan pasar yang sedemikian luas dan pertumbuhan kebutuhan kendaraan sebagai pendukung usaha, maka Cipaganti Motor dikembangkan menjadi Cipaganti Rental yang menyewakan segala jenis dan merk kendaraan, mulai dari kendaraan angkutan barang, penumpang, pernikahan serta paket wisata. Saat ini Cipaganti Rental memiliki cabang di kota-kota besar se-Jabodetabek dan Bandung-Priangan.
              Pada tahun 2002 dilakukan diversifikasi usaha sejenis dengan target market retail, yaitu Travel & Paket layanan Door to Door dengan jurusan perdana Bandung-Bogor, kemudian Bandung-Jakarta, Bandung-Bandara Soekarno Hatta, Bandung-Tasikmalaya dan Bandung-Cirebon. Tahun 2006 dengan adanya akses jalan tol Cipularang, terbuka peluang usaha baru dan Cipaganti Otojasa mengembangkan layanan Shuttle Service Point to Point Bandung - Jabodetabek yang terus dikembangkan. Peluang usaha ini sangat besar dan luas sesuai dengan permintaan pasar maka karena itu akan terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan sarana transportasi antar kota yang aman.
Tahun 2007 adalah pencetusan konsep transportasi terpadu dengan adanya penambahan jasa layanan bus pariwisata, tours & airlines ticketing ditambah layanan dokumen, paket dan kargo memberikan solusi menyeluruh kebutuhan transportasi.
              Melihat peluang yang sangat baik pada usaha pembangunan perumahan kelas menengah yang sejak awal tahun 1990 mengalami pertumbuhan yang sangat besar, maka manajemen memutuskan memulai usaha di bidang perumahan. Hal ini diwujudkan dengan mendirikan PT Cipaganti Citra Graha pada tanggal 30 September 1994, dengan lokasi perumahan pertama di Jalan Ciwastra, Bandung dengan nama perumahan Cipaganti Graha I.
              Kemudian pada tahun 1999 membangun lokasi perumahan kedua di Ujung Berung dikenal dengan Cipaganti Graha II. Pada tahun 2002 membangun perumahan kelas menengah ke atas di Jalan A.H. Nasution, Bandung dengan nama Cipaganti Dream Land. Pada tahun 2005 membangun perumahan Cipaganti Rahayu Regency di Cipamokolan Soekarno-Hatta Kodya Bandung. Prospek pembangunan perumahan dengan konsep Cul de Sac dan sistem cluster sangat diminati oleh pembeli. Dengan kebutuhan perumahan kelas menengah sebagai sarana tempat tinggal primer bagi banyak keluarga muda serta dukungan suku bunga KPR yang saat ini cukup rendah, tentunya prospek pembangunan dan pemasaran perumahan akan menjadi salah satu andalan usaha Cipaganti Group.
            Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri tekstil dan lainnya di wilayah Bandung Priangan Cipaganti Group menangkap peluang untuk menyewakan Alat Angkat Barang Berat (forklift dan Crane). Kantor pemasaran pertama dibuka di Jalan Gatot Subroto 94 Bandung.

Seiring dengan permintaan pasar, penambahan unit dan perluasan jenis alat yang disewakan hingga alat berat untuk konstruksi, infrastruktur, pertambangan, perkebunan, pertanian, kehutanan (excavator, bulldozer, W.Loader, Dump Truck, dll). Maka Pool dan kantor pemasaran dialokasikan ke Jalan Soekarno-Hatta, Gede Bage Bandung.
Dengan potensi sumber daya alam sangat besar yang dimiliki tanah air kita, serta industri terkait maka prospek usaha alat berat sangat baik dan dapat dikembangkan keseluruh daerah dan kepulauan yang memiliki potensi tersebut. Sejak tahun 2004 PT Cipaganti Citra Graha divisi Alat Berat membuka kantor cabang di Banjarmasin, Batu Licin (Kalimantan Selatan) dan tahun 2005 di Palangkaraya (Kalimantan Tengah), tahun 2007 dibuka juga cabang di Samarinda (Kalimantan Timur).
           Pada bulan Oktober 2014, sebuah perusahaan yang berbasis di Hong Kong Terra Investment Holding Ltd, mengakuisisi 1,93 miliar (53,43 persen) saham PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT). Pengambilalihan ini dilakukan oleh anak usaha Terra, yaitu Argentum Assets Pte Ltd. Pengalihan saham tersebut dilakukan melalui mekanisme crossing di pasar negosiasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan begitu, Terra Investment telah resmi menjadi pemegang saham pengendali Cipaganti.
           Pada tanggal 19 Maret 2015, diadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Cipaganti Citra Graha Tbk. Dari hasil tersebut, pihaknya telah menyetujui kenaikan modal dari 500 milyar menjadi 1,5 triliun, untuk mengembangkan bisnisnya di bidang transportasi, logistik dan jasa layanan. RUPSLB tersebut juga menyepakati perubahan nama perusahaan. Nama baru yang dipilih adalah PT Citra Maharlika Nusantara Corpora (CMNC) Tbk. Perubahan ini juga terjadi pada unit-unit bisnis mereka: Taksi Cipaganti yang berubah nama menjadi Taxi Cab, layanan shuttle kelas premium Cipaganti menjadi MGo, sementara unit-unit bisnis travel dan layanan shuttle kelas standar tetap menggunakan nama Sararea.
           Perubahan nama ini diresmikan pada tanggal 3 Juni 2015, sekaligus dengan memperkenalkan logo baru sebagai identitas merek. Ditilik dari nama yang dipilih, Citra Maharlika Nusantara Corpora mempunyai arti harafiah "Citra Kebangsawanan Nusantara", memberikan gambaran tentang nilai-nilai kewiraan, cerdik, bijaksana dan berbudi luhur. "Maharlika" diambil dari bahasa Tagalog yang bermakna kebangsawanan. Setelah perusahaan tersebut berganti nama, kantor pusat perusahaan transportasi ini yang berbasis di Bandung secara resmi dipindahkan ke kawasan Jakarta Selatan.

           Namun ada sebuah masalah dalam cipaganti, Pemegang saham mayoritas PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT), yakni PT Cipaganti Global Corporindo (CGC) harus 'menyusui' afiliasinya yang sedang tertimpa masalah. Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen CPGT membeberkan penjualan sahamnya oleh sang induk. Koperasi Cipaganti Karya Graha Persada yang menjadi bagian dari Grup Cipaganti kini tengah kesulitan membayar imbal hasil dari skema investasi yang ditawarkan kepada masyarakat. Koperasi Cipaganti telah lebih dari 10 tahun silam menawarkan program kemitraan dengan investasi minimal Rp 100 juta dengan janji imbal hasil tetap antara 1,4%-1,9% per bulan. Bahkan ada juga nasabah yang memperoleh imbal hasil diatas 2% per bulan dari Koperasi Cipaganti.
Koperasi Cipaganti mengalami kesulitan likuditas sehingga mulai telat membayar imbal hasil bulanan para nasabahnya. Menurut Rochman Sunarya, Kepala Koperasi Cipaganti Koperasi Cipaganti memang tidak bisa tepat waktu membayar return per bulannya. Hal ini karena dana kelolaan diputar di investasi pertambangan batubara yang sedang berhenti beroperasi lantaran harganya anjlok. Sebelumnya Penyidik Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Polda Jabar menahan Andianto Setiabudi karena diduga melakukan penipuan dan penggelapan
           Namun Tiga petinggi Cipaganti Group dijemput paksa polisi lantaran diduga terlibat dalam kasus penggelapan dan penipuan. Kasubdit III/Jatanras Ditreskrimum Polda Jawa Barat, AKBP Murjoko Budoyono, menjelaskan, ketiga orang tersebut dijemput paksa pada Senin 23 Juni 2014 di kediaman masing-masing.

           Kasus penipuan dan penggelapan di koperasi Cipaganti Karya Guna Persada berawal dari mandeknya pembagian keuntungan pada para mitra kerja sejak Maret 2014. Cipaganti pun sempat meminta maaf. Salah seorang mitra yang tak mau disebutkan namanya mendapatkan surat itu pada 1 April 2014. Dalam kopnya, pihak Cipaganti menyebut surat tersebut sebagai laporan progres pengembangan usaha dan kondisi usaha saat ini. Koperasi Cipaganti menyampaikan laporan progres usaha di bidang sektor riil, seperti pembangunan Condotel Cipaganti di Cipaku Bandung, Hotel Cipaganti di Legian Bali dan Hotel Cipaganti di Pelabuhan Ratu. Menurut pihak Cipaganti, investasi di proyek-proyek tersebut membutuhkan waktu panjang untuk pengembalian keuntungannya. Selain itu, terjadi juga penurunan di bidang fleet management alat berat dan proyek batubara. Mereka berjanji akan segera mengubah market agar keuntungannya lebih besar dari sebelumnya.
Hal ini membuat PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT) pun terkena imbasnya. Seperti yang diketahui, kasus penipuan dan penggelapan itu merugikan dana investor hingga Rp3,2 triliun. Corporate Secretary PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT) Toto Moeljono mengungkapkan, walaupun sudah dijelaskan bahwa KCKGP dan CPGT sebagai perusahaan terbuka namun masih ada saja yang menuntut. Dia menjelaskan, kehadiran mitra ke kantor-kantor CPGT sebagai perusahaan terbuka sejak ada sidang pengadilan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Ratusan investor akhirnya mengeluhkan Cipaganti yang tidak membayar bunga dan mengembalikan modal yang disetor selama berbulan-bulan. Kepada mereka, Cipaganti memberikan janji kosong. Perusahaan yang tenar dengan bisnis travel dan rental mobilnya ini bahkan sudah digugat pailit di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sejak Mei 2014 karena nyaris bangkrut setelah gagal dalam bisnis pertambangan dan rental alat berat.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syarief Hasan, mengatakan Koperasi Cipaganti tidak memiliki izin untuk berbisnis produk investasi. Kementeriannya, kata Syarief, dilansir viva.co.id, akan mempelajari dugaan kasus penggelapan dana ini.

Akibat kasus ini, saham Cipaganti di Bursa Efek Indonesia anjlok hingga 25%. Harga saham Cipaganti turun 20 poin dari Rp80 pada penutupan perdagangan kemarin, menjadi Rp60 per unit. Selasa, 24 Juni 2014, saham Cipaganti menukik ke harga Rp70 saat awal perdagangan. Padahal, sejak pembukaan transaksi perdana awal Juli 2013, saham Cipaganti pernah ada di harga tertinggi Rp200


3.2     Analisa Organisasi
PT. Cipaganti Cipta Graha Tbk dulu adalah sebuah perusahaan yang sangat maju pesat, mereka mengawali karir usaha nya dengan jual beli mobil bekas dengan nama Cipaganti Motor oleh Andianto Setiabudi pada tahun 1985 di Jalan Cipaganti No. 84 Bandung sampai dengan sukses di segala bidang. Namun setelah beberapa lama munculah sebuah konflik besar di dalam perusahaan itu sehingga mengakibatkan gulung tikarnya cipaganti. Konflik yang dihadapi adalah konflik interpersonal karena terdapat di dalam organisasi tersebut dan melibatkan orang-orang di dalam organisasi juga mitra yang berinvestasi. Konflik antar pribadi (interpersonal conflict)  yang terjadi ialah penggelapan dan penipuan uang investasi mitra yang di gelapkan oleh tiga petinggi cipaganti grup. Sampai pada sekarang PT. Cipaganti Cipta Graha Tbk sahamnya diambil alih dan berganti nama menjadi PT. Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk.

BAB IV
PENUTUP

4.1  KESIMPULAN
            Sebuah organisasi haruslah memiliki konflik, karena dengan adanya konflik dapat mempererat sebuah jalinan hubungan dalam sebuah organisasi. Namun konflik tersebut haruslah konflik yang dapat teratasi baik oleh diri sendiri ataupun dengan pihak-pihak lainnya. Karena konflik yang kecil sekalipun jika dibiarkan atau tidak diatasi akan berujung pada konflik besar yang dapat mengakibatkan gulung tikarnya sebuah perusahaan. Dan seorang pemimpin perusahaan pun seharusnya dapat menyelesaikan setiap konflik yang ada di dalam sebuah perusahaan atau organisasi agar tidak terjadi akibat fatal pada organisasi tersebut. maka perlulah adanya pembinaan pada karyawan agar selalu menjalin komunikasi yang baik agar tidak muncul komunikasi yang dapat berakibat fatal bagi perusahaan, dan agar pula mereka mengantisipasi akan konflik dari luar yang dapat masuk pada perusahaan agar itu tidak menimbulkan dampak buruk untuk kedepannya.

4.2  SARAN
            Sebuah pemimpin perusahaan haruslah menjalin hubungan baik pada karyawannya agar setiap konflik yang muncul dari dalam perusahaan dengan mudah terdeteksi dan mudah pula diselesaikan, begitu pula dengan konflik dari luar pemimpin maupun karyawan seharusnya dapat berkomunikasi dengan baik agar lebih mudah menyelesaikan konflik yang ada, bukan dengan saling menyerahkan tanggung jawab sehingga masalah tidak berlarut-larut dan menimbulkan dampak buruk dikemudian hari.

4.3  DAFTAR PUSTAKA

            Ruliana, Poppy. 2014. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
            Mulyana, Deddy. 2013. Komunikasi Organisasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
            https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar