Jumat, 24 Juni 2016

Makalah LGBT (lesbian)

PSIKOLOGI SOSIAL
PERMASALAHAN : LGBT ( LESBIAN )

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Psikologi Sosial









Disusun oleh :
CHOERUL FAZRIE ICHWANA ( C1021511RB5111 )
RIZKY RINALDO ( C1021511RB5105 )
FRISKILA DESI ( C1021511RB5108 )
                                         TAOFIK ROBIANTO ( C1021511RB5101 )                                        
FAJAR HASBI ( C1021211RB1002 )
DONNY ( C1021571RT4005 )
CLARIMUNDO DE JESUS ( C1021461RT5102 )




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMUNIKASI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya dan Inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini. kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah tak ada gading yang  tak retak, Kami akan sangat berlapang dada dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.

                       








Bandung, Maret 2016
Penyusun



















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kata psikologi sering disebut ilmu jiwa, berasal dari bahasa Yunani psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dengan demikan psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kejiwaan atau ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, atau sebab tingkah laku manusia  yang dilatarbelakangi oleh kondisi jiwa seseorang atau secara singkat dapat diartikan sebagai studi mengenai proses perilaku dan proses mental.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
1.         Menganalisa Kasus LGBT yang lebih spesifik ke LESBIAN (A) 25 th



1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara menganalisis kejadian secara psikologis& Memahami apa itu LGBT yang lebih spesifik ke LESBIAN.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian dan Psikologi
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu.Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi.
A.     Persepsiadalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan.
B.     Bayangan adalah Tanggapan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pertolongan tanggapan-tanggapan yang ada.
C.     Fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Kata lain untuk fantasi adalah imajinasi.
D.     Ingatan adalah  kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa apa yang di ingat merupakan hal yang pernah di alami dan pernah di persepsi.
E.      Berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep.
F.      Belajar adalah proses yang asalnya tidak tahu menjadi tahu.
G.     Intelegensi adalah Kemampuan untuk memecahkan masalah , kemampuan untuk belajar ataupun kemampuan untuk berfikir abstrak.
 Afeksiadalah Merupakan aspek kepribadian yang berupa perasaan atau emosi pada diri individu. satu kelas yang luas dari proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi suasana hati, dan temperamen.
A.     Perasaan adalah Keadaan individu sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal.
B.     Emosi adalah Reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang lebih tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.
Konasi adalahtingkah laku yang bertujuan dan impuls untuk berbuat. Konasi berupa bereaksi, berusaha, berkemauan, dan berkehendak
A.     Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.



2.1  Apa itu LGBT ?
LGBT secara umum adalah suatu masalah kejiwaan pada seseorang yang identik dengan rasa suka atau cinta pada sesama jenis atau masalah pada percintaan yang menyimpang. Berikut ini adalah penjelasan dari singkatan LGBT
A.     Lesbian adalah istilah untuk wanita (perumpuan) yang mempunyai rasa cinta atau suka kepada sesama wanita (cinta sesama jenis)
B.     Gay adalah istilah untuk pria (laki-laki) yang mempunyai rasa cinta atau suka kepada sesama pria (cinta sesama jenis)
C.     Biseksual adalah istilah untuk rasa suka atau cinta sesama jenis maupun lawan jenis tanpa memperdulikan gender
D.     Transgender adalah istilah untuk orang yang berpenampilan atau berperilaku yang tidak sesuai atau berbeda dengan jenis kelaminnya
LGBT muncul di negara kita pada tahun 1970-an, bahkan Pada dasarnya LGBT sudah ada sejak zaman nabi. namun masih banyak negara yang membebaskan atau melegalkan hal tersebut, tetapi ada beberapa negara yang menolak dan memberikan hukuman yang luar biasa atas perbuatan tersebut.
Berikut ini negara yang menentang LGBT dan memberikan hukuman antara lain :
Saudi Arabia : Hukuman mati bagi pelaku LGBT dengan cara di rajam. hukuman ini berlaku untuk pekerja asing yang bekerja di saudi arabia.
Brunei Darussalam : Resmi menerapkan hukuman rajam bagi pelaku LGBT dan pelaku kejahatan seksual lainnya.
Gambia : Hukuman mati dengan cara di penggal bagi yang melakukan praktek homoseksual dan LGBT.
2.2  Faktor-faktor LGBT









1.      Keluarga
Pengalaman atau trauma di masa anak-anak misalnya: Dikasari oleh ibu/ayah hingga si anak beranggapan semua pria/perempuan bersikap kasar yang memungkinkan si anak merasa benci pada orang itu. Predominan dalam pemilihan identitas yaitu melalui hubungan kekeluargaan yang renggang. Bagi seorang lesbian misalnya, pengalaman atau trauma yang dirasakan oleh para wanita dari saat anak-anak akibat kekerasan yang dilakukan oleh para pria yaitu bapa, kakaknya maupun saudara laki-lakinya. Kekerasan yang dialami dari segi fisik, mental dan seksual itu membuat seorang wanita itu bersikap benci terhadap semua pria. Selain itu, bagi golongan transgender faktor lain yang menyebabkan seseorang itu berlaku kecelaruan gender adalah sikap orang tua yang idamkan anak laki-laki atau perempuan juga akan mengakibatkan seorang anak itu cenderung kepada apa yang diidamkan.
2.      Pergaulan dan Lingkungan
Kebiasaan pergaulan dan lingkungan menjadi faktor terbesar menyumbang kepada kekacauan seksual ini yang mana salah seorang anggota keluarga tidak menunjukkan kasih sayang dan sikap orang tua yang merasakan penjelasan tentang seks adalah suatu yang tabu. Keluarga yang terlalu mengekang anaknya. Bapak yang kurang menunjukkan kasih sayang kepada anaknya. Hubungan yang terlalu dekat dengan ibu sementara renggang dengan bapak. Kurang menerima pendidikan agama yang benar dari kecil. Selain itu, pergaulan dan lingkungan anak ketika berada di sekolah berasrama yang berpisah antara laki-laki dan perempuan turut mengundang terjadinya hubungan gay dan lesbian.
3.      Biologis
Penelitian telah pun dibuat apakah itu terkait dengan genetika, ras, ataupun hormon. Seorang homoseksual memiliki kecenderungan untuk melakukan homoseksual karena mendapat dorongan dari dalam tubuh yang sifatnya menurun/genetik. Penyimpangan faktor genetika dapat diterapi secara moral dan secara religius. Bagi golongan transgender misalnya, karakter laki-laki dari segi suara, fisik, gerak gerik dan kecenderungan terhadap wanita banyak dipengaruhi oleh hormon testeron. Jika hormon testeron seseorang itu rendah, ia bisa mempengaruhi perilaku laki-laki tersebut mirip kepada perempuan.
Di alam medis, pada dasarnya kromosom laki-laki normal adalah XY, sedangkan perempuan normal pula adalah XX. Bagi beberapa orang laki-laki itu memiliki genetik XXY. Dalam kondisi ini, laki-laki tersebut memiliki satu lagi kromosom X sebagai tambahan. Justru, perilakunya agak mirip dengan seorang perempuan.
4.      Faktor Moral dan Akhlak
Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma susila yang dianut oleh masyarakat, serta semakin menipisnya kontrol sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena banyaknya ransangan seksual. Kerapuhan iman seseorang juga dapat menyebabkan segala kejahatan terjadi karena iman sajalah yang mampu menjadi benteng paling efektif dalam mengekang penyimpangan seksual.
5.      Pengetahuan agama yang lemah
Selain itu, kurang pengetahuan dan pemahaman agama juga merupakan factor internal yang mempengaruhi terjadinya homoseksual. Ini kerana penulis merasakan didikan agama dan akhlak sangat penting dalam membentuk akal, pribadi dan pribadi individu itu. Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk membedakan yang mana baik dan yang mana yang sebaliknya, haram dan halal dan lain-lain.
2.3  Fase Sex Pada anak
1.      Fase Oral
Fase oral adalah fase seorang anak mendapatkan perasaan nikmat melalui mulutnya, yaitu ketika sedang menyusu dan mengisap air susu melalui putting susu ibunya. Fase ini dimulai sejak bayi hingga usia antara 1-2 tahun. Pada usia ini seorang anak terlihat sangat antusias memasukkan apa saja kedalam mulutnya. Hal itu merupakan tahap awal pemenuhan dari perkembangan psikoseksual dalam dirinya.
2.       Fase Anal
Pada fase anal, kenikmatan yang dirasakannya berubah dari mulut ke daerah anus dan sekitarnya (seperti saluran kencing). Rasa nikmat yang puas dirasakan ketika anak sedang menahan kencing dan buang air besar. Fase ini dumulai pada saat anak berusia 2-4 tahun.
3.       Fase Phallus
Selanjutnya, perubahan yang dirasakannya turun kebagian alat kelaminnya. Fase phallus ini berlangsung pada saat anak memasuki usia 4-6 tahun. Rasa nikmat yang dirasakan berlangsung ketika alat kelaminnya mengalami sentuhan atau rabaan. Bahkan, ada beberapa anak pada fase ini yang dengan sengaja menyentuh alat kelaminnya untuk mencapai orgasme (tentu saja tidak disertai ejakulasi).
4.       Fase Laten
Sampailah kita pada fase laten yang berlangsung pada usia sekolah. Fase laten ini terbagi menjadi 2 bagian sebagai berikut.
a. Pada bagian awal
Pada bagian ini seorang anak sudah tidak lagi memperhatikan kenikmatan yang pernah dirasakan pada alat kelaminnya, bahkan cenderung seperti melupakan kejadian tersebut.
b. Bagian akhir
Begitu memasuki bagian akhir dari masa leten, seorang anak mulai menunjukkan kembali kenikmatan yang dirasakannya melalui kelaminnya. Karena pada saat memasuki fase ini usia anak telah beranjak dewasa, dorongan seksual, perasaan cinta, dan ketertarikannya pada lawan jenis mulai tumbuh. Jadi, perhatian anak beralih kepada alat kelaminnya adalah hal yang wajar.
5.      Fase Genital
Anak mulai cemas atau malu dengan perubahan bentuk tubuhnya, mulai tertarik dengan lawan jenis, mulai sesekali membayangkan berciuman atau berpelukan.
Tapi, Anda patut khawatir jika anak sudah melewati batas wajar, contohnya bila ia mngetahui hubungan seksual secara rinci yang belum selayaknya diketahui anak pada usia 10-13 tahun, berpacaran dengan melakukan sentuhan fisik, bermain ‘sex games’ dengan anak yang lebih muda.
·         Bagaimana cara anda menjelaskan pada anak , mengenai perkembangan seksualnya ?
Perkembangan fase seksual pada anak sesuai usianyanya adalah sangatlah wajar, tetapi kadang sebagai orangtua biasanya anda diliputi rasa kekhawatiran dan kecemasan ketika menemui perkembanga n fase seksual anak tersebut. Lalu bagaimana anda menghadapinya dan bagaimana anda dapat menyampaikan pesan verbal kepada anak anda ?Yang pertama anda lakukan sebagai orangtua adalah tenang dan bersikap seolah-olah tidak ada sesuatu hal yang mengkhawatirkan , bertanya sesuai perkembangan anak begitupula dalam menjelaskannya. Anda perlu melihat dahulu apakah perkembangan fase seksual anak masih sebatas wajar atau sudah berlebihan, kalau memang masih sebatas wajar dibiarkan saja , batasan wajarnya seperti  tidak dilakukan ditempat umum, tidak mengganggu lingkungan sekitar. Biarkan anak menikmati fase seksualnya. Kalaupun terjadi di tempat umum / keramaian/di depan para tamu / keluarga besar sebagai orangtua bersikaplah wajar, panggil anak masuk kedalam kamar atau ruangan private , jangan dimarahi didepan orang lain dan berikan pengertian sesuai batasan usianya atau segera alihkan perhatian anak agar tidak terfokus pada sensasi seksualnya.
2.4  Analisa LGBT ( LESBIAN )
(A) 25th adalah seorang wanita yang menyukai sesama jenis atau biasa dikenal dengan istilah lesbian . Dia merasa ada sesuatu yang beda dengan dirinya atau merasa labih nyaman dengan perempuan . sejak dia masih kecil , dia selalu bermain dan menempatkan dirinya sebagai laki-laki . misalnya : saat main ibu ibu’an , dia selalu berperan sebagai ayah . dia juga lebih suka main bola dan mobil – mobilan , daripada harus main boneka . Dari kecil (A) juga selalu di pakaikan pakaian laki-laki oleh ayah nya , dengan alasan agar dia tidak diganggu oleh anak laki-laki di sekitarnya. Dan karena kebiasaan nya itu dia selalu merasa tidak nyaman jika harus memakai pakaian wanita. (A) mempunyai seorang ayah yang menurut nya adalah sosok panutan, sosok yang sangat ia banggakan, yang sangat baik pada ibu nya, sosok yang sangat sabar juga lembut  sampai-sampai ia berfikir untuk menjadi “sosok” ayahnya saat ia besar nanti, bukan ingin memiliki suami seperti ayahnya. Itu mungkin karena (A) memang lebih dekat dengan ayahnya sedari kecil dibandingkan dengan ibunya.
 Saat (A) SMA , dia selalu memilih untuk lebih dekat dengan perempuan . tapi ,  dia sering sekali dijauhi oleh teman-teman perempuan-nya yang awalnya dekat dengan nya,  karena teman-teman di sekolahnya selalu menganggap bahwa kedekatannya itu “ANEH” . dia juga pernah di bilang “lesbi” sama teman-temannya . pada saat itu , si (A) sangat merasa marah dan terhina . sebisa mungkin dia menyangkal , apa yang dituduhkan kepadanya (PADA SAAT ITU) . Sampai pada akhirnya ,  setelah lulus SMA dia ketemu dengan seorang wanita yang sudah lebih expert disitu (maksudnya sudah jadi lesbi sebelumnya) , dan dengan “caranya” bisa menyadarkan si (A) bahwa dia sebenarnya adalah seorang Lesbian . dulu Dia pernah beberapa kali pacaran sama laki-laki , tapi dia sama sekali tidak memiliki perasaan lebih . dia pertama kali pacaran dengan laki-laki pada saat SD. Selama 3 tahun . (A) juga menyukai laki-laki itu hanya karena dia terlihat lebih kemayu dari si (A) . dan pada masa sekarang , mantannya itu juga sudah menjadi seorang homoseksual.
(A) tidak suka dirinya disebut sebagai lesbian, karena menurut nya hubungan lesbi adalah hubungan antara seorang wanita cantik dengan seorang wanita cantik pula dan seorang bisa disebut LGBT itu jika sudah ada kontak seksual yang dilakukan, bila hanya sekedar panggilan “sayang”, “bep” , sentuhan tangan, bergandengan tangan itu belum tentu disebut lesbian karena semua orang bisa melakukan itu tanpa ada rasa apapun, kalau lesbian biasanya melakukan kontak seksual juga dengan perasaan cinta atau sayang. (A) lebih senang dirinya disebut sebagai Transseksual. Menurut (A) Transeksual adalah keinginan seorang wanita atau sebaliknya untuk mengganti jati dirinya / jenis kelaminnya menjadi seorang laki-laki jika dia perempuan begitupula kebalikannya. Karena (A) ingin sekali mengubah dirinya menjadi seorang laki-laki yang sempurna . karena banyak factor yang tidak memungkinkan (A) untuk nengubah jenis kelaminnya , seperti agama karena dia dibesarkan di keluarga yang agamanya sangat kuat, kesehatan juga lainnya maka (A) sampai saat ini , masih menjalani kehidupannya yang sekarang. (A) tidak menyangkal kodratnya . dia sangat mengatahui bahwa hubungannya dengan kekasihnya tidaklah hakiki maka dia sangat membuka kemungkinan untuk bisa menikah dengan laki-laki yang seharusnya namun mungkin itu bukan karena cinta melainkan karena untuk memenuhi kodratnya saja.
(A) sudah menjalani hubungan dengan kekasihnya selama 3 tahun, mungkin ini pencapaian yang sangat luar biasa karena orang normal pun belum tentu bisa mencapai hubungan yang baik ( tidak selingkuh, tidak melirik perempuan lain, tidak ada hasrat kepada oranglain selain pasangannya) dalam waktu selama itu . menurut (A) pula hubungan seorang lesbian atau homoseksual itu lebih setia dibandingkan dengan hubungan normal lainnya . tapi ada pula hubungan homo atau lesbi yang tidak baik misalnya dalam komunitas seorang yang lesbi atau homo bisa saja berganti-ganti pasangan dengan anggota kelompok lainnya . itu lah yang membuat penyebaran penyakit bisa cepat menular dan itu sangatlah “menjijikan” . (A) tidak termasuk dalam kelompok atau komunitas tersebut . dia lebih senang menyendiri atau lebih senang hubungannya tidak di publish dan lebih suka bergaul dengan lingkungan yang NORMAL saja . (A) juga sangat tidak setuju dengan kalangan LGBT  yang meminta hak asasi mereka dikabulkan pemerintah , agar melegalkan hubungan sesama jenis . (A) sangat tidak setuju karena (A) tau itu melanggar agama dan itu juga adalah sebuah kesalahan . tapi hubungan sesama jenis juga tidak bisa disalahkan . karena jika (A) bisa memilih , dia ingin menjadi perempuan seutuhnya , atau laki-laki seutuhnya . tidak ditempatkan dalam keadaan bahwa “JIWA” nya terdapat dalam tubuh yang “SALAH “ .
(A) juga berkata bahwa kelainan ini tidaklah MENULAR, karena ini bukanlah sebuah penyakit , hanya kelainan yang tidak semua orang miliki . menurut (A) , jika ada orang yang tertular saat dekat dengan LGBT , itu karena orang tersebut sudah memiliki “BAKAT” kelainan orientasi seksual sejak lahir . karena tidak pernah terexplore , saat dekat dengan yang LGBT dia merasa menemukan identisas barunya. Tapi , kalo orang tersebut sama sekali tidak ada kelainan , sampe kapan pun ia tidak akan pernah menjadi LGBT . ada juga yang bilang kalau orang disakiti oleh lawan jenisnya , bisa jadi LGBT . padahal semuanya balik lagi ke “KELAINAN ORIENTASI SEKSUAL” sejak kecil .
Jika ada sebagian orang yang menanyakan “bagaimana membedakan orang yang lesbi dengan yang normal ?”, jawabannya Tidak bisa . hanya orang LGBT saja yang bisa membedakannya .
Yang (A) rasakan saat berpacaran dengan sesama jenis , sama dengan kebanyakan orang lainnya . sayang , cinta , takut kehilangan , itu sama saja dengan yang pacaran orang normal .









BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
a.    Faktor Internal
     1). Keluarga
     2). Biologis
     3). Moral, Akhlak & Pengetahuan agama yang lemah
b.    Faktor Eksternal
1). Lingkungan

Kesimpulannya adalah orang–orang seperti kaum LGBT tetaplah manusia biasa, yang mempunyai hak dan kewajiban sebagai warga negara dan berhak mendapatkan perlindungan, Karena peristiwa LGBT menurut orang yang juga LGBTbukanlah penyakit jiwa, apalagi penyakit yang menular  melainkan hanya kesalahan pada orientasi seks yang menyimpang.
Orang yang berada di dekat orang-orang LGBT  tidak akan tertular karena itu memang bukalah penyakit , namun bila orang itu juga memiliki bakat penyimpangan orientasi kemungkinan dia juga akan berubah menjadi seorang LGBT, tapi jika orang normal yang berdekatan dengan kaum LGBT tapi tidak memiliki bakat penyimpangan orientasi dia sama sekali tidak akan tertular atau terbawa-bawa kaum LGBT.
Meskipun banyak pandangan yang salah tentang LGBT sebaiknya kita sebagai orang yang normal tidaklah mengasingkan kaum LGBT agar para kaum LGBT tidak menghindar dari orang – orang normal .


3.2  Saran
Harapan dari (A) 25th adalah janganlah menjudge kaum LGBT sebagai kaum yang akan menghancurkan dunia karena LGBT itu hanyalah salah satu faktor nya saja . masih banyak factor yang dapat menghancurkan dunia selain LGBT, dan jika ada orang yang peduli dan ingin kaum LGBT kembali pada kodratnya cukup dengan mendoakan dengan tulus , boleh mengingatkan tapi tidak dengan kata-kata yang dapat menyakiti cukup sekedar memberitahu itu hal yang tidak baik itu saja cukup.

1 komentar:

  1. halo, kalau boleh tahu, sumbernya dari mana saja yah bukunya, terima kasih :)

    BalasHapus