PERMASALAHAN : LGBT (
LESBIAN )
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas
Mata Kuliah Psikologi Sosial
Disusun oleh
:
CHOERUL FAZRIE ICHWANA ( C1021511RB5111 )
RIZKY RINALDO ( C1021511RB5105 )
FRISKILA DESI ( C1021511RB5108 )
TAOFIK
ROBIANTO ( C1021511RB5101 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMUNIKASI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya dan Inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan terselesaikannya tugas
makalah ini. kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah
tak ada gading yang tak retak, Kami akan sangat berlapang dada dan
berbesar hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun, bermanfaat
bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Bandung, Maret 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata psikologi sering disebut ilmu jiwa, berasal dari bahasa
Yunani psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dengan demikan psikologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kejiwaan atau ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia, atau sebab tingkah laku manusia yang
dilatarbelakangi oleh kondisi jiwa seseorang atau secara singkat dapat
diartikan sebagai studi mengenai proses perilaku dan proses mental.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka
dapat dirumuskan masalah yaitu :
1.
Menganalisa Kasus LGBT yang lebih spesifik ke LESBIAN (A) 25
th
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara menganalisis kejadian secara psikologis& Memahami apa
itu LGBT yang lebih spesifik ke LESBIAN.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan
Psikologi
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang
sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau
sesuatu.Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui
aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan
berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi.
A.
Persepsiadalah tindakan
menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan
gambaran dan pemahaman tentang lingkungan.
B.
Bayangan adalah Tanggapan yang tinggal dalam
ingatan setelah kita melakukan pertolongan tanggapan-tanggapan yang ada.
C.
Fantasi adalah yang berhubungan dengan
khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam
benak atau pikiran saja. Kata lain untuk fantasi adalah imajinasi.
D.
Ingatan adalah kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga
dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa apa yang di ingat merupakan hal yang pernah di alami dan
pernah di persepsi.
E.
Berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep.
F.
Belajar adalah proses yang asalnya tidak tahu
menjadi tahu.
G.
Intelegensi adalah Kemampuan untuk memecahkan
masalah , kemampuan untuk belajar ataupun kemampuan untuk berfikir abstrak.
Afeksiadalah Merupakan aspek kepribadian
yang berupa perasaan atau emosi pada diri individu. satu kelas yang luas dari
proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi suasana hati, dan temperamen.
A.
Perasaan adalah Keadaan individu sebagai
akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal.
B.
Emosi adalah Reaksi yang kompleks yang
mengandung aktivitas dengan derajat yang lebih tinggi dan adanya perubahan
dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.
Konasi adalahtingkah laku yang bertujuan dan impuls untuk berbuat.
Konasi berupa bereaksi, berusaha, berkemauan, dan berkehendak
A.
Motif adalah
kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat
sesuatu.
2.1 Apa itu LGBT
?
LGBT secara umum adalah suatu masalah kejiwaan pada seseorang yang
identik dengan rasa suka atau cinta pada sesama jenis atau masalah pada
percintaan yang menyimpang. Berikut ini adalah penjelasan dari singkatan LGBT
A.
Lesbian adalah
istilah untuk wanita (perumpuan) yang mempunyai rasa cinta atau suka kepada
sesama wanita (cinta sesama jenis)
B.
Gay adalah
istilah untuk pria (laki-laki) yang mempunyai rasa cinta atau suka kepada
sesama pria (cinta sesama jenis)
C.
Biseksual adalah
istilah untuk rasa suka atau cinta sesama jenis maupun lawan jenis tanpa
memperdulikan gender
D.
Transgender adalah
istilah untuk orang yang berpenampilan atau berperilaku yang tidak sesuai atau
berbeda dengan jenis kelaminnya
LGBT muncul
di negara kita pada tahun 1970-an, bahkan Pada dasarnya LGBT sudah ada sejak
zaman nabi. namun masih banyak negara yang membebaskan atau melegalkan hal
tersebut, tetapi ada beberapa negara yang menolak dan memberikan hukuman yang
luar biasa atas perbuatan tersebut.
Berikut ini negara yang menentang LGBT dan memberikan
hukuman antara lain :
Saudi Arabia
: Hukuman mati bagi pelaku LGBT dengan cara di rajam. hukuman ini berlaku untuk
pekerja asing yang bekerja di saudi arabia.
Brunei
Darussalam : Resmi menerapkan hukuman rajam bagi pelaku LGBT dan pelaku
kejahatan seksual lainnya.
Gambia :
Hukuman mati dengan cara di penggal bagi yang melakukan praktek homoseksual dan
LGBT.
1. Keluarga
Pengalaman
atau trauma di masa anak-anak misalnya: Dikasari oleh ibu/ayah hingga si anak
beranggapan semua pria/perempuan bersikap kasar yang memungkinkan si anak
merasa benci pada orang itu. Predominan dalam pemilihan identitas yaitu melalui
hubungan kekeluargaan yang renggang. Bagi seorang lesbian misalnya, pengalaman
atau trauma yang dirasakan oleh para wanita dari saat anak-anak akibat kekerasan
yang dilakukan oleh para pria yaitu bapa, kakaknya maupun saudara laki-lakinya.
Kekerasan yang dialami dari segi fisik, mental dan seksual itu membuat seorang
wanita itu bersikap benci terhadap semua pria. Selain itu, bagi golongan
transgender faktor lain yang menyebabkan seseorang itu berlaku kecelaruan
gender adalah sikap orang tua yang idamkan anak laki-laki atau perempuan juga
akan mengakibatkan seorang anak itu cenderung kepada apa yang diidamkan.
2. Pergaulan dan Lingkungan
Kebiasaan pergaulan
dan lingkungan menjadi faktor terbesar menyumbang kepada kekacauan seksual ini
yang mana salah seorang anggota keluarga tidak menunjukkan kasih sayang dan
sikap orang tua yang merasakan penjelasan tentang seks adalah suatu yang tabu.
Keluarga yang terlalu mengekang anaknya. Bapak yang kurang menunjukkan kasih
sayang kepada anaknya. Hubungan yang terlalu dekat dengan ibu sementara
renggang dengan bapak. Kurang menerima pendidikan agama yang benar dari kecil.
Selain itu, pergaulan dan lingkungan anak ketika berada di sekolah berasrama
yang berpisah antara laki-laki dan perempuan turut mengundang terjadinya
hubungan gay dan lesbian.
3. Biologis
Penelitian
telah pun dibuat apakah itu terkait dengan genetika, ras, ataupun hormon.
Seorang homoseksual memiliki kecenderungan untuk melakukan homoseksual karena
mendapat dorongan dari dalam tubuh yang sifatnya menurun/genetik. Penyimpangan
faktor genetika dapat diterapi secara moral dan secara religius. Bagi golongan
transgender misalnya, karakter laki-laki dari segi suara, fisik, gerak gerik
dan kecenderungan terhadap wanita banyak dipengaruhi oleh hormon testeron. Jika
hormon testeron seseorang itu rendah, ia bisa mempengaruhi perilaku laki-laki
tersebut mirip kepada perempuan.
Di alam
medis, pada dasarnya kromosom laki-laki normal adalah XY, sedangkan perempuan
normal pula adalah XX. Bagi beberapa orang laki-laki itu memiliki genetik XXY.
Dalam kondisi ini, laki-laki tersebut memiliki satu lagi kromosom X sebagai
tambahan. Justru, perilakunya agak mirip dengan seorang perempuan.
4. Faktor Moral dan Akhlak
Golongan
homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma susila yang dianut
oleh masyarakat, serta semakin menipisnya kontrol sosial yang ada dalam
masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena lemahnya iman dan pengendalian
hawa nafsu serta karena banyaknya ransangan seksual. Kerapuhan iman seseorang
juga dapat menyebabkan segala kejahatan terjadi karena iman sajalah yang mampu
menjadi benteng paling efektif dalam mengekang penyimpangan seksual.
5. Pengetahuan agama yang lemah
Selain itu,
kurang pengetahuan dan pemahaman agama juga merupakan factor internal yang
mempengaruhi terjadinya homoseksual. Ini kerana penulis merasakan didikan agama
dan akhlak sangat penting dalam membentuk akal, pribadi dan pribadi individu
itu. Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng pertahanan
yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk membedakan yang mana baik
dan yang mana yang sebaliknya, haram dan halal dan lain-lain.
2.3 Fase Sex Pada anak
1. Fase Oral
Fase oral adalah fase seorang anak mendapatkan perasaan nikmat melalui
mulutnya, yaitu ketika sedang menyusu dan mengisap air susu melalui putting
susu ibunya. Fase ini dimulai sejak bayi hingga usia antara 1-2 tahun. Pada
usia ini seorang anak terlihat sangat antusias memasukkan apa saja kedalam
mulutnya. Hal itu merupakan tahap awal pemenuhan dari perkembangan psikoseksual
dalam dirinya.
2. Fase Anal
Pada fase anal, kenikmatan yang dirasakannya berubah dari mulut ke daerah
anus dan sekitarnya (seperti saluran kencing). Rasa nikmat yang puas dirasakan
ketika anak sedang menahan kencing dan buang air besar. Fase ini dumulai pada
saat anak berusia 2-4 tahun.
3. Fase Phallus
Selanjutnya, perubahan yang dirasakannya turun kebagian alat kelaminnya.
Fase phallus ini berlangsung pada saat anak memasuki usia 4-6 tahun. Rasa
nikmat yang dirasakan berlangsung ketika alat kelaminnya mengalami sentuhan
atau rabaan. Bahkan, ada beberapa anak pada fase ini yang dengan sengaja
menyentuh alat kelaminnya untuk mencapai orgasme (tentu saja tidak disertai
ejakulasi).
4. Fase Laten
Sampailah kita pada fase laten yang berlangsung pada usia sekolah. Fase
laten ini terbagi menjadi 2 bagian sebagai berikut.
a. Pada
bagian awal
Pada bagian ini seorang anak sudah tidak lagi memperhatikan kenikmatan
yang pernah dirasakan pada alat kelaminnya, bahkan cenderung seperti melupakan
kejadian tersebut.
b. Bagian
akhir
Begitu memasuki bagian akhir dari masa leten, seorang anak mulai
menunjukkan kembali kenikmatan yang dirasakannya melalui kelaminnya. Karena
pada saat memasuki fase ini usia anak telah beranjak dewasa, dorongan seksual,
perasaan cinta, dan ketertarikannya pada lawan jenis mulai tumbuh. Jadi, perhatian
anak beralih kepada alat kelaminnya adalah hal yang wajar.
5.
Fase Genital
Anak
mulai cemas atau malu dengan perubahan bentuk tubuhnya, mulai tertarik dengan
lawan jenis, mulai sesekali membayangkan berciuman atau berpelukan.
Tapi,
Anda patut khawatir jika anak sudah melewati batas wajar, contohnya bila ia
mngetahui hubungan seksual secara rinci yang belum selayaknya diketahui anak
pada usia 10-13 tahun, berpacaran dengan melakukan sentuhan fisik, bermain ‘sex games’
dengan anak yang lebih muda.
·
Bagaimana cara anda menjelaskan pada anak , mengenai
perkembangan seksualnya ?
Perkembangan fase
seksual pada anak sesuai usianyanya adalah sangatlah wajar, tetapi kadang
sebagai orangtua biasanya anda diliputi rasa kekhawatiran dan kecemasan ketika menemui
perkembanga n fase seksual anak tersebut. Lalu bagaimana anda menghadapinya dan
bagaimana anda dapat menyampaikan pesan verbal kepada anak anda ?Yang pertama
anda lakukan sebagai orangtua adalah tenang dan bersikap seolah-olah tidak ada
sesuatu hal yang mengkhawatirkan , bertanya sesuai perkembangan anak begitupula
dalam menjelaskannya. Anda perlu melihat dahulu apakah perkembangan fase
seksual anak masih sebatas wajar atau sudah berlebihan, kalau memang masih
sebatas wajar dibiarkan saja , batasan wajarnya seperti tidak dilakukan ditempat umum, tidak mengganggu
lingkungan sekitar. Biarkan anak menikmati fase seksualnya. Kalaupun terjadi di
tempat umum / keramaian/di depan para tamu / keluarga besar sebagai orangtua
bersikaplah wajar, panggil anak masuk kedalam kamar atau ruangan private ,
jangan dimarahi didepan orang lain dan berikan pengertian sesuai batasan
usianya atau segera alihkan perhatian anak agar tidak terfokus pada sensasi
seksualnya.
2.4 Analisa LGBT ( LESBIAN )
(A) 25th adalah
seorang wanita yang menyukai sesama jenis atau biasa dikenal dengan istilah
lesbian . Dia merasa ada sesuatu yang beda dengan dirinya atau merasa labih
nyaman dengan perempuan . sejak dia masih kecil , dia selalu bermain dan
menempatkan dirinya sebagai laki-laki . misalnya : saat main ibu ibu’an , dia
selalu berperan sebagai ayah . dia juga lebih suka main bola dan mobil –
mobilan , daripada harus main boneka . Dari kecil (A) juga selalu di pakaikan
pakaian laki-laki oleh ayah nya , dengan alasan agar dia tidak diganggu oleh
anak laki-laki di sekitarnya. Dan karena kebiasaan nya itu dia selalu merasa
tidak nyaman jika harus memakai pakaian wanita. (A) mempunyai seorang ayah yang
menurut nya adalah sosok panutan, sosok yang sangat ia banggakan, yang sangat
baik pada ibu nya, sosok yang sangat sabar juga lembut sampai-sampai ia berfikir untuk menjadi
“sosok” ayahnya saat ia besar nanti, bukan ingin memiliki suami seperti ayahnya. Itu mungkin karena (A) memang lebih dekat
dengan ayahnya sedari kecil dibandingkan dengan ibunya.
Saat (A) SMA , dia selalu memilih untuk lebih
dekat dengan perempuan . tapi , dia
sering sekali dijauhi oleh teman-teman perempuan-nya yang awalnya dekat dengan
nya, karena teman-teman di sekolahnya
selalu menganggap bahwa kedekatannya itu “ANEH” . dia juga pernah di bilang
“lesbi” sama teman-temannya . pada saat itu , si (A) sangat merasa marah dan
terhina . sebisa mungkin dia menyangkal , apa yang dituduhkan kepadanya (PADA
SAAT ITU) . Sampai pada akhirnya ,
setelah lulus SMA dia ketemu dengan seorang wanita yang sudah lebih
expert disitu (maksudnya sudah jadi lesbi sebelumnya) , dan dengan “caranya”
bisa menyadarkan si (A) bahwa dia sebenarnya adalah seorang Lesbian . dulu Dia
pernah beberapa kali pacaran sama laki-laki , tapi dia sama sekali tidak
memiliki perasaan lebih . dia pertama kali pacaran dengan laki-laki pada saat
SD. Selama 3 tahun . (A) juga menyukai laki-laki itu hanya karena dia terlihat
lebih kemayu dari si (A) . dan pada masa sekarang , mantannya itu juga sudah
menjadi seorang homoseksual.
(A) tidak suka dirinya disebut
sebagai lesbian, karena menurut nya hubungan lesbi adalah hubungan antara seorang wanita cantik dengan seorang wanita
cantik pula dan seorang bisa disebut LGBT itu jika sudah ada kontak seksual
yang dilakukan, bila hanya sekedar panggilan “sayang”, “bep” , sentuhan tangan,
bergandengan tangan itu belum tentu disebut lesbian karena semua orang bisa
melakukan itu tanpa ada rasa apapun, kalau lesbian biasanya melakukan kontak
seksual juga dengan perasaan cinta atau sayang. (A) lebih senang dirinya
disebut sebagai Transseksual. Menurut (A) Transeksual adalah keinginan seorang
wanita atau sebaliknya untuk mengganti jati dirinya / jenis kelaminnya menjadi
seorang laki-laki jika dia perempuan begitupula kebalikannya. Karena (A) ingin
sekali mengubah dirinya menjadi seorang laki-laki yang sempurna . karena banyak
factor yang tidak memungkinkan (A) untuk nengubah jenis kelaminnya , seperti
agama karena dia dibesarkan di keluarga yang agamanya sangat kuat, kesehatan
juga lainnya maka (A) sampai saat ini , masih menjalani kehidupannya yang
sekarang. (A) tidak menyangkal kodratnya . dia sangat mengatahui bahwa
hubungannya dengan kekasihnya tidaklah hakiki maka dia sangat membuka
kemungkinan untuk bisa menikah dengan laki-laki yang seharusnya namun mungkin
itu bukan karena cinta melainkan karena untuk memenuhi kodratnya saja.
(A) sudah menjalani hubungan
dengan kekasihnya selama 3 tahun, mungkin ini pencapaian yang sangat luar biasa
karena orang normal pun belum tentu bisa mencapai hubungan yang baik (
tidak selingkuh, tidak melirik perempuan lain, tidak ada hasrat kepada
oranglain selain pasangannya) dalam waktu selama itu . menurut (A) pula
hubungan seorang lesbian atau homoseksual itu lebih setia dibandingkan dengan
hubungan normal lainnya . tapi ada pula hubungan homo atau lesbi yang tidak
baik misalnya dalam komunitas seorang yang lesbi atau homo bisa saja
berganti-ganti pasangan dengan anggota kelompok lainnya . itu lah yang membuat
penyebaran penyakit bisa cepat menular dan itu sangatlah “menjijikan” . (A)
tidak termasuk dalam kelompok atau komunitas tersebut . dia lebih senang
menyendiri atau lebih senang hubungannya tidak di publish dan lebih suka
bergaul dengan lingkungan yang NORMAL saja . (A) juga sangat tidak setuju
dengan kalangan LGBT yang meminta hak
asasi mereka dikabulkan pemerintah , agar melegalkan hubungan sesama jenis .
(A) sangat tidak setuju karena (A) tau itu melanggar agama dan itu juga adalah
sebuah kesalahan . tapi hubungan sesama jenis juga tidak bisa disalahkan .
karena jika (A) bisa memilih , dia ingin menjadi perempuan seutuhnya , atau
laki-laki seutuhnya . tidak ditempatkan dalam keadaan bahwa “JIWA” nya terdapat
dalam tubuh yang “SALAH “ .
(A) juga berkata bahwa kelainan
ini tidaklah MENULAR, karena ini
bukanlah sebuah penyakit , hanya kelainan yang tidak semua orang miliki .
menurut (A) , jika ada orang yang tertular saat dekat dengan LGBT , itu karena
orang tersebut sudah memiliki “BAKAT” kelainan orientasi seksual sejak lahir .
karena tidak pernah terexplore , saat dekat dengan yang LGBT dia merasa
menemukan identisas barunya. Tapi , kalo orang tersebut sama sekali tidak ada
kelainan , sampe kapan pun ia tidak akan pernah menjadi LGBT . ada juga yang
bilang kalau orang disakiti oleh lawan jenisnya , bisa jadi LGBT . padahal
semuanya balik lagi ke “KELAINAN ORIENTASI SEKSUAL” sejak kecil .
Jika ada sebagian orang yang
menanyakan “bagaimana membedakan orang yang lesbi dengan yang normal ?”,
jawabannya Tidak bisa . hanya orang LGBT saja yang bisa membedakannya .
Yang (A) rasakan saat berpacaran
dengan sesama jenis , sama dengan kebanyakan orang lainnya . sayang , cinta ,
takut kehilangan , itu sama saja dengan yang pacaran orang normal .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Faktor Internal
1). Keluarga
2). Biologis
3). Moral, Akhlak & Pengetahuan agama yang lemah
b. Faktor
Eksternal
1). Lingkungan
Kesimpulannya
adalah orang–orang seperti kaum LGBT tetaplah manusia biasa, yang mempunyai hak
dan kewajiban sebagai warga negara dan berhak mendapatkan perlindungan, Karena peristiwa
LGBT menurut orang yang juga LGBTbukanlah penyakit jiwa, apalagi penyakit yang
menular melainkan hanya kesalahan pada orientasi
seks yang menyimpang.
Orang yang
berada di dekat orang-orang LGBT tidak
akan tertular karena itu memang bukalah penyakit , namun bila orang itu juga
memiliki bakat penyimpangan orientasi kemungkinan dia juga akan berubah menjadi
seorang LGBT, tapi jika orang normal yang berdekatan dengan kaum LGBT tapi
tidak memiliki bakat penyimpangan orientasi dia sama sekali tidak akan tertular
atau terbawa-bawa kaum LGBT.
Meskipun
banyak pandangan yang salah tentang LGBT sebaiknya kita sebagai orang yang
normal tidaklah mengasingkan kaum LGBT agar para kaum LGBT tidak menghindar
dari orang – orang normal .
3.2 Saran
Harapan dari (A) 25th
adalah janganlah menjudge kaum LGBT sebagai kaum yang akan menghancurkan dunia
karena LGBT itu hanyalah salah satu faktor nya saja . masih banyak factor yang
dapat menghancurkan dunia selain LGBT, dan jika ada orang yang peduli dan ingin
kaum LGBT kembali pada kodratnya cukup dengan mendoakan dengan tulus , boleh
mengingatkan tapi tidak dengan kata-kata yang dapat menyakiti cukup sekedar
memberitahu itu hal yang tidak baik itu saja cukup.
halo, kalau boleh tahu, sumbernya dari mana saja yah bukunya, terima kasih :)
BalasHapus