PERMASALAHAN : PSIKOLOGI
ANAK DI PANTI SOSIAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas
Mata Kuliah Psikologi Sosial

Disusun oleh
:
FRISKILA DESI ( C1021511RB5108 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KOMUNIKASI
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya dan Inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan terselesaikannya tugas
makalah ini. kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah
tak ada gading yang tak retak, Kami akan sangat berlapang dada dan
berbesar hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun, bermanfaat
bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Bandung, Mei 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata psikologi sering
disebut ilmu jiwa, berasal dari bahasa Yunani psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dengan demikan psikologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kejiwaan atau ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia, atau sebab tingkah laku manusia yang
dilatarbelakangi oleh kondisi jiwa seseorang atau secara singkat dapat
diartikan sebagai studi mengenai proses perilaku dan proses mental.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka
dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Psikologi anak yang berada di panti sosial asuhan
2. Pendidikan yang diterapkan dalam panti sosial asuhan
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara menganalisis keadaan secara psikologis & Memahami
psikologi anak yang berada dalam sebuah panti social dan jauh dengan orang tua
juga dengan keadaan sosial yang berbeda dengan kebanyakan orang
ANALISA KASUS
BAB II
BAB II
(N) adalah anak perempuan berusia 15th
ia bersekolah di SMA Muhammadiyah 1 bandung sekarang dia duduk di kelas 1 IPS. Ia adalah anak yang cantik, berkulit putih,
berhijab, hidungnya juga mancung. Tinggi badannya nya tidaklah jauh berbeda
dengan saya.
Saat pertama kali melihatnya pandanganku langsung
tertuju pada (N) karena kebetulan ia duduk tepat dihadapan saya, dan saat itupula
saya mencoba menganalisis hal-hal yang dilakukan (N) dari pertama kedatangan
saya sampai saya pulang.
Saat pertama kami (mahasiswa USB YPKP) datang hal
yang (N) lakukan adalah duduk sembari menunduk tapi tidak jarang pula ia melirikan
matanya kepada seluruh mahasiswa yang ada disana. Saat sesi perkenalan (N)
mulai tidak menunduk ia lebih banyak melihat kearah kami, dan pada saat
gilirannya memperkenalkan diri ia berbicara dengan cukup lantang dan juga
jelas. Begitu pula saat di sesi permainan / games dia lebih banyak tersenyum
juga tertawa terlebih pada saat ada sesi menyanyi (N) terlihat antusias
mendorong temannya yang suaranya cukup bagus untuk menyanyi. Ia terus
menyodorkan mic kepada temannya agar temannya mau untuk bernyanyi.
Setelah itu saat sesi mengobrol saya langsung
meminta dia untuk menjadi objek penelitian saya dan dia pun langsung mengiyakan
permintaan saya. Saat saya bertanya pada (N), dia menjawab semua pertanyaan
saya dengan lantang, jelas juga tegas. (N) menjawab semua yang saya tanyakan
dengan menatap mata saya, tidak ada gerak tubuh yang memperlihatkan bahwa dia
malu atau segan mungkin karena pertanyaan yang saya ajukan tidaklah sulit
hanyalah beberapa pertanyaan umum seperti sekolah, nama, asal tempat tinggal,
umur, cita-cita dll dan juga saat saya bertanya pada, itu dalam posisi kita
hanya berdua sedangkan yang lain masih sibuk dengan kegiatannya. Namun setelah
itu dua orang rekan saya bergabung mereka berdua kebetulan berjenis kelamin
laki-laki. Saat pertama kali mereka bergabung (N) masih terlihat biasa saja
karena disitu pun kita semua masih bercanda gurau tidak sama sekali
membicarakan hal yang lebih mendalam.
Namun saat salah satu rekan laki-laki saya
bertanya, (N) terlihat menjawab pertanyaannya sembari
memainkan jari-jari kakinya dengan kaki nya yang lain, sedangkan tangannya
memainkan rok yang ia kenakan, dan saat ia menjawab pertanyaannya pun ia lebih
sering menunduk dibandingkan menatap mata rekan saya.
Saat waktu solat dzuhur tiba saya juga (N) dan rekan
lain solat berjamaah dan kebetulan (N) yang mengimami sholat kita semua.
Setelah solat selesai kebetulan adalah jam istirahat kita semua mahasiswi juga
para anak panti termasuk (N) berjalan-jalan melihat tempat tidur juga kamar
mereka. Saat di kamar saya melihat kasur yang digunakan oleh (N) cukup rapi
dengan sprai berwarna ungu namun di kasurnya tidak terlihat boneka ataupun
pernak-pernik perempuan lainnya disitu hanya ada bantal juga kasur berbeda
dengan kasur temannya yang lain yang penuh dengan boneka juga pernak-pernik
kamar yang biasanya ada di kamar seorang anak remaja putri. Disitu banyak
terjadi percakapan antara para mahasiswi juga para anak-anak panti tapi (N)
tidak terlalu banyak berbicara (N) malah lebih banyak berdiri dan mendengarkan.
Setelah jam istirahat selesai kami kembali pada
posisi duduk yang sebelumnya, dari situlah (N) lebih banyak diam juga menunduk
saat ditanya karena ia ditanya oleh kedua orang rekan laki-laki saya. Saat
salah satu rekan saya bertanya tentang apakah (N) senang berada di panti ? ia
menjawab senang karena ia tidak mau menrepotkan orang tua karena ayahnya sudah
tua dan tidak sanggup lagi bekerja keras sedangkan ibunya sekarang sedang sakit
paru-paru. Ia bercerita bahwa sebenarnya ia tidak betah berada di panti karena
dulu dia mempunyai teman yang sangat dekat namun sekarang temannya tersebut
sudah lulus maka dari itu sekarang dia merasa tidak betah karena ia merasa cape
karana kegitan yang padat selama di sekolah juga di panti ditambah lagi ia
sudah tidak mempunyai teman dekat seperti dahulu. Aturan-aturan ketat yang ada
di panti juga membuat (N) merasa tidak betah selain jadwalnya yang padat aturan
keluar untuk bersosialisasi pun sangat dibatasi (N) tidak ada waktu menonton TV
bahkan memegang HP pun hanya diperbolehkan seminggu sekali.
Setelah itu rekan saya bertanya mengapa dia bisa
tinggal disini (N) mengulang pertanyaan itu dengan nada suara yang agak sinis
seakan ia merasa kesal atas pertanyaan yang dajukan oleh rekan saya namun
setelah itu dia baru mau menjawab dia bisa berada disini karena ayahnya yang
memaksa ia untuk masuk ke panti karena ayahnya tidak dapat membiayai (N) untuk
bersekolah lebih tinggi selain SMP meskipun ibu (N) melarang namun mugkin
karena sadar bahwa keluarganya kekurangan biaya dan (N) adalah anak pertama
dari 3 bersaudara maka ia sadar bahwa ia harus berusaha dan berjuang demi kehidupannya
juga demi keluarganya karena (N) mempunyai cita-cita menjadi seorang guru. Dan
saat rekan sya ingin mengetahui cerita dia saat dirumah dia menolak menceritakan
dan setelah itu dia tidak berbicara lagi sampai pada waktu telah selesai ia
langsung berpamitan dan langsung pula meninggalkan kami. Dan pada sesi terakhir
yaitu berpamitan pertama ia menolak memberikan pesan kesan malah menjawab sama
saja dengan yang lain namun setelah dipaksa oleh teman-temannya yang lain ia
baru mau memberikan pesan kesan itupun dengan muka yang menunduk meskipun
sesekali meihat kearah kita semua para mahasiswa USB YPKP.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan
Psikologi
Afeksi adalah Merupakan aspek kepribadian
yang berupa perasaan atau emosi pada diri individu. satu kelas yang luas dari
proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi suasana hati, dan temperamen.
A. Perasaan adalah Keadaan individu
sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal.
B. Emosi adalah Reaksi yang kompleks yang
mengandung aktivitas dengan derajat yang lebih tinggi dan adanya perubahan
dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.
Konasi adalah tingkah laku yang bertujuan dan impuls untuk berbuat. Konasi berupa
bereaksi, berusaha, berkemauan, dan berkehendak
A. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam
diri organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
2.2 POLA ASUH
Pola asuh orang tua adalah pola prilaku yang diterapkan pada anak dan
bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola prilaku ini dapat
dirasakan oleh anak, dari segi negative maupun positif. Menurut Baumrind (1967)
salah satu tipe pola asuh ialah :
1. Pola asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan pola asuh orang tua yang
menetapkan standar mutlak yang harus dituruti oleh anak tanpa terkecuali.
Biasanya bersifat perintah memaksa dan disertai dengan ancaman-ancaman hukuman
yang akan diberikan jika sang anak tidak menuruti perintah orang tua. Orang tua
tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan komunikasi yang di lakukan bersifat
satu arah, tidak seperti pola asuh yang bersifat demokratis yang orangtua nya
dapat menerima keluh kesah yang dialami anak, pola otoriter ini tidaklah ingin
menerima umpan balik dari anak sehingga anak cenderung tertekan dengan kondisi
pola asuh ini. Contoh : seorang anak yang diperintahkan belajar oleh orang tua
namun dengan cara dan nada suara yang sedikit membentak namun sang anak tidak
mau karana sang anak ingin bermain dan orang tuanya pun memaksa bahkan
memberikan hukuman karena penolakan yang dilakukan oleh sang anak.
Pola asuh otoriter menghasilkan karakteristik anak
yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka
melanggar norma, berkpribadian lemah, cemas dan menarik diri.
2.3 PENYESUAIAN DIRI (ADJUSTMENT)
Penyesuaian diri berasal dari
kata “adjustment”, konsep penyesuaian diri menurut lazarus diambil dari kata
Biologi tentang adaptasi, hanya pada penyesuaian diri ditekankan pada
perjuangan individu untuk dapat hidup berdampingan dengan lingkungan fisik dan
sosialnya.
1.
Macam-macam
penyesuaian diri :
a.
Penyesuaian
terhadap diri sendiri (Personal
Adjustment)
Merupakan
penyusunan kembali sikap dan tingkah laku individu untuk berespon secara
adekuat terhadap keadaan dirinya yang meliputi keadaan fisik, mental dan
emosional dan ketiga hal ini menjadi
syarat untuk tercapainya penyesuaian diri yang baik.
b.
Penyesuaian
terhadap lingkungan (social adjustment)
Merupakan
kapasitas untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan yang ada di
lingkungannya agar ia mampu untuk memenuhi tuntutan social dengan cara yang
dapat diterima dan memuaskan bagi dirinya maupun lingkungannya.ia dapat
2.4 SIKAP
Menurut
Callioun & Acocella : sikap
adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu
dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu.
Suatu sikap mengandung komponen prilaku (konatif)
yaitu aspek kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki
oleh seseorang perilaku tersebut dapat berupa penghndaran atau juga mendekati
objek.
2.5
HIPOTESIS
Anak-anak dipanti dididik dengan pola asuh otoriter
oleh pengurus panti karena jika mereka melanggar konsekuensi yang harus di
hadapi ialah mau dikeluarkan dari panti dan semua tata tertib yang ada dalam
panti tersebut haruslah selalu dituruti, mereka tidak dapat bersosialisasi
dengan masyarakat sekitar karena untuk ke warung saja mereka haruslah meminta
izin dan prosedur izin nya pun cukup meyulitkan, mereka harus benar-benar
memberitahu kemana mereka akan pergi, jam berapa mereka akan pulang. Dan jika ada
kerja kelompok tugas dari sekolah bahkan sekolah harus memberikan surat
keterangan bahwa anak-anak benar mengerjakan tugas kelompok dan itupun tidak
boleh lama.
Penyesuaan diri (N) terhadap diri sendiri di dalam
panti sangatah baik karena ia dapat menyesuaikan seluruh kebiasaan atau
pekerjaan yang ada di panti dengan baik
tanpa mengeluh, dan peyesuaian diri terhadap lingkungannya juga cukup baik
meskipun dia adalah anak yang cukup pendiam itu terlihat saat kumpul di dalam kamar
disitu seluruh anak panti bercerita namun hanya dia saja yang diam dan tidak
mau berbicara hanya mendengarkan saja.
Dugaan
sementara atas kasus ini ialah (N) merasa sendiri karena baru saja ditinggal
lulus oleh sahabatnya juga ia merasa sedih karena orangtuanya pun sakit ditambah
dengan adanya pertanyaan rekan saya yang sedikit menyinggung maka (N) memilih melakukan penghindaran agar dia tidak teringat hal yang
membuatnya sedih. Namun (N) adalah seorang anak yang tangguh karena meskipun ia
terlihat sedih ia masih dapat terseyum dalam keadaan asrama atau panti yang
aturan serta kebijakan yang menurutnya terlalu otoriter dia masih dapat
bertahan karena keinginannya yang kuat untuk sukses serta cita-citanya menjadi
seorang guru yang paling menjadi semangatnya untuk bertahan.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Objek penelitian (N) sebenarnya adalah orang yang
cukup periang, itu terlihat dari sikap nya saat perkenalan juga saat melakukan
games namun ia bukan tipe anak yang dapat terbuka karena tidak semua pertanyaan
yang di ajukan dijawab oleh (N). Dia juga anak yang mempunyai keinginan yang
kuat cita-citanya yang ingin menjadi seorang guru menuntunnya untuk tetap
bertahan di dalam panti. Meskipun dari ratut wajah juga perkataannya terlihat
sekali bahwa sebenarnya ia sudah tidak betah dalam panti itu karena aturannya
yang otoriter juga karena dia sudah tidak mempunyai teman dekat .
3.2 Saran
Seharusnya anak panti diberikan sedikit kelonggaran bersosilisasi, karena
itu baik untuk pertumbuhan psikisnya. Juga jangan terlalu memberikan aturan
yang sangat otoriter sehingga mereka merasa tidak betah bahkan mungkin aka nada
yang cenderung melanggar tanpa sepengetahuan bila peraturan nya terlalu ketat.
3.3 Daftar Pustaka
·
Modul psikologi
·
Catatan praktek di Panti
Sosial Fajar Harapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar