Jumat, 24 Juni 2016

makalah psikologi anak di panti sosial

PSIKOLOGI SOSIAL
PERMASALAHAN : PSIKOLOGI ANAK DI PANTI SOSIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Psikologi Sosial









Disusun oleh :
FRISKILA DESI ( C1021511RB5108 )





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KOMUNIKASI

2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya dan Inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini. kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah tak ada gading yang  tak retak, Kami akan sangat berlapang dada dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.

                       








Bandung, Mei 2016
Penyusun










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kata psikologi sering disebut ilmu jiwa, berasal dari bahasa Yunani psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dengan demikan psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kejiwaan atau ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, atau sebab tingkah laku manusia  yang dilatarbelakangi oleh kondisi jiwa seseorang atau secara singkat dapat diartikan sebagai studi mengenai proses perilaku dan proses mental.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
1.      Psikologi anak yang berada di panti sosial asuhan
2.      Pendidikan yang diterapkan dalam panti sosial asuhan


1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara menganalisis keadaan secara psikologis & Memahami psikologi anak yang berada dalam sebuah panti social dan jauh dengan orang tua juga dengan keadaan sosial yang berbeda dengan kebanyakan orang
ANALISA KASUS
BAB II

(N) adalah anak perempuan berusia 15th ia bersekolah di SMA Muhammadiyah 1 bandung sekarang dia duduk di kelas 1 IPS.  Ia adalah anak yang cantik, berkulit putih, berhijab, hidungnya juga mancung. Tinggi badannya nya tidaklah jauh berbeda dengan saya.
Saat pertama kali melihatnya pandanganku langsung tertuju pada (N) karena kebetulan ia duduk tepat dihadapan saya, dan saat itupula saya mencoba menganalisis hal-hal yang dilakukan (N) dari pertama kedatangan saya sampai saya pulang.
Saat pertama kami (mahasiswa USB YPKP) datang hal yang (N) lakukan adalah duduk sembari menunduk tapi tidak jarang pula ia melirikan matanya kepada seluruh mahasiswa yang ada disana. Saat sesi perkenalan (N) mulai tidak menunduk ia lebih banyak melihat kearah kami, dan pada saat gilirannya memperkenalkan diri ia berbicara dengan cukup lantang dan juga jelas. Begitu pula saat di sesi permainan / games dia lebih banyak tersenyum juga tertawa terlebih pada saat ada sesi menyanyi (N) terlihat antusias mendorong temannya yang suaranya cukup bagus untuk menyanyi. Ia terus menyodorkan mic kepada temannya agar temannya mau untuk bernyanyi.
Setelah itu saat sesi mengobrol saya langsung meminta dia untuk menjadi objek penelitian saya dan dia pun langsung mengiyakan permintaan saya. Saat saya bertanya pada (N), dia menjawab semua pertanyaan saya dengan lantang, jelas juga tegas. (N) menjawab semua yang saya tanyakan dengan menatap mata saya, tidak ada gerak tubuh yang memperlihatkan bahwa dia malu atau segan mungkin karena pertanyaan yang saya ajukan tidaklah sulit hanyalah beberapa pertanyaan umum seperti sekolah, nama, asal tempat tinggal, umur, cita-cita dll dan juga saat saya bertanya pada, itu dalam posisi kita hanya berdua sedangkan yang lain masih sibuk dengan kegiatannya. Namun setelah itu dua orang rekan saya bergabung mereka berdua kebetulan berjenis kelamin laki-laki. Saat pertama kali mereka bergabung (N) masih terlihat biasa saja karena disitu pun kita semua masih bercanda gurau tidak sama sekali membicarakan hal yang lebih mendalam.
Namun saat salah satu rekan laki-laki saya bertanya, (N) terlihat menjawab pertanyaannya sembari memainkan jari-jari kakinya dengan kaki nya yang lain, sedangkan tangannya memainkan rok yang ia kenakan, dan saat ia menjawab pertanyaannya pun ia lebih sering menunduk dibandingkan menatap mata rekan saya.
Saat waktu solat dzuhur tiba saya juga (N) dan rekan lain solat berjamaah dan kebetulan (N) yang mengimami sholat kita semua. Setelah solat selesai kebetulan adalah jam istirahat kita semua mahasiswi juga para anak panti termasuk (N) berjalan-jalan melihat tempat tidur juga kamar mereka. Saat di kamar saya melihat kasur yang digunakan oleh (N) cukup rapi dengan sprai berwarna ungu namun di kasurnya tidak terlihat boneka ataupun pernak-pernik perempuan lainnya disitu hanya ada bantal juga kasur berbeda dengan kasur temannya yang lain yang penuh dengan boneka juga pernak-pernik kamar yang biasanya ada di kamar seorang anak remaja putri. Disitu banyak terjadi percakapan antara para mahasiswi juga para anak-anak panti tapi (N) tidak terlalu banyak berbicara (N) malah lebih banyak berdiri dan mendengarkan.
Setelah jam istirahat selesai kami kembali pada posisi duduk yang sebelumnya, dari situlah (N) lebih banyak diam juga menunduk saat ditanya karena ia ditanya oleh kedua orang rekan laki-laki saya. Saat salah satu rekan saya bertanya tentang apakah (N) senang berada di panti ? ia menjawab senang karena ia tidak mau menrepotkan orang tua karena ayahnya sudah tua dan tidak sanggup lagi bekerja keras sedangkan ibunya sekarang sedang sakit paru-paru. Ia bercerita bahwa sebenarnya ia tidak betah berada di panti karena dulu dia mempunyai teman yang sangat dekat namun sekarang temannya tersebut sudah lulus maka dari itu sekarang dia merasa tidak betah karena ia merasa cape karana kegitan yang padat selama di sekolah juga di panti ditambah lagi ia sudah tidak mempunyai teman dekat seperti dahulu. Aturan-aturan ketat yang ada di panti juga membuat (N) merasa tidak betah selain jadwalnya yang padat aturan keluar untuk bersosialisasi pun sangat dibatasi (N) tidak ada waktu menonton TV bahkan memegang HP pun hanya diperbolehkan seminggu sekali.
Setelah itu rekan saya bertanya mengapa dia bisa tinggal disini (N) mengulang pertanyaan itu dengan nada suara yang agak sinis seakan ia merasa kesal atas pertanyaan yang dajukan oleh rekan saya namun setelah itu dia baru mau menjawab dia bisa berada disini karena ayahnya yang memaksa ia untuk masuk ke panti karena ayahnya tidak dapat membiayai (N) untuk bersekolah lebih tinggi selain SMP meskipun ibu (N) melarang namun mugkin karena sadar bahwa keluarganya kekurangan biaya dan (N) adalah anak pertama dari 3 bersaudara maka ia sadar bahwa ia harus berusaha dan berjuang demi kehidupannya juga demi keluarganya karena (N) mempunyai cita-cita menjadi seorang guru. Dan saat rekan sya ingin mengetahui cerita dia saat dirumah dia menolak menceritakan dan setelah itu dia tidak berbicara lagi sampai pada waktu telah selesai ia langsung berpamitan dan langsung pula meninggalkan kami. Dan pada sesi terakhir yaitu berpamitan pertama ia menolak memberikan pesan kesan malah menjawab sama saja dengan yang lain namun setelah dipaksa oleh teman-temannya yang lain ia baru mau memberikan pesan kesan itupun dengan muka yang menunduk meskipun sesekali meihat kearah kita semua para mahasiswa USB YPKP.






BAB III
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian dan Psikologi
Afeksi adalah Merupakan aspek kepribadian yang berupa perasaan atau emosi pada diri individu. satu kelas yang luas dari proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi suasana hati, dan temperamen.
A.    Perasaan adalah Keadaan individu sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal.
B.     Emosi adalah Reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang lebih tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.
Konasi adalah tingkah laku yang bertujuan dan impuls untuk berbuat. Konasi berupa bereaksi, berusaha, berkemauan, dan berkehendak
A.    Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
2.2       POLA ASUH
Pola asuh orang tua adalah pola prilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola prilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negative maupun positif. Menurut Baumrind (1967) salah satu tipe pola asuh ialah :
1.      Pola asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan pola asuh orang tua yang menetapkan standar mutlak yang harus dituruti oleh anak tanpa terkecuali. Biasanya bersifat perintah memaksa dan disertai dengan ancaman-ancaman hukuman yang akan diberikan jika sang anak tidak menuruti perintah orang tua. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan komunikasi yang di lakukan bersifat satu arah, tidak seperti pola asuh yang bersifat demokratis yang orangtua nya dapat menerima keluh kesah yang dialami anak, pola otoriter ini tidaklah ingin menerima umpan balik dari anak sehingga anak cenderung tertekan dengan kondisi pola asuh ini. Contoh : seorang anak yang diperintahkan belajar oleh orang tua namun dengan cara dan nada suara yang sedikit membentak namun sang anak tidak mau karana sang anak ingin bermain dan orang tuanya pun memaksa bahkan memberikan hukuman karena penolakan yang dilakukan oleh sang anak.
Pola asuh otoriter menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkpribadian lemah, cemas dan menarik diri.

2.3       PENYESUAIAN DIRI (ADJUSTMENT)
      Penyesuaian diri berasal dari kata “adjustment”, konsep penyesuaian diri menurut lazarus diambil dari kata Biologi tentang adaptasi, hanya pada penyesuaian diri ditekankan pada perjuangan individu untuk dapat hidup berdampingan dengan lingkungan fisik dan sosialnya.
1.      Macam-macam penyesuaian diri :
a.       Penyesuaian terhadap diri sendiri (Personal Adjustment)
Merupakan penyusunan kembali sikap dan tingkah laku individu untuk berespon secara adekuat terhadap keadaan dirinya yang meliputi keadaan fisik, mental dan emosional  dan ketiga hal ini menjadi syarat untuk tercapainya penyesuaian diri yang baik.
b.      Penyesuaian terhadap lingkungan (social adjustment)
Merupakan kapasitas untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan yang ada di lingkungannya agar ia mampu untuk memenuhi tuntutan social dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan bagi dirinya maupun lingkungannya.ia dapat

2.4       SIKAP
            Menurut Callioun & Acocella : sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Suatu sikap mengandung komponen prilaku (konatif) yaitu aspek kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang perilaku tersebut dapat berupa penghndaran atau juga mendekati objek.

2.5              HIPOTESIS
Anak-anak dipanti dididik dengan pola asuh otoriter oleh pengurus panti karena jika mereka melanggar konsekuensi yang harus di hadapi ialah mau dikeluarkan dari panti dan semua tata tertib yang ada dalam panti tersebut haruslah selalu dituruti, mereka tidak dapat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar karena untuk ke warung saja mereka haruslah meminta izin dan prosedur izin nya pun cukup meyulitkan, mereka harus benar-benar memberitahu kemana mereka akan pergi, jam berapa mereka akan pulang. Dan jika ada kerja kelompok tugas dari sekolah bahkan sekolah harus memberikan surat keterangan bahwa anak-anak benar mengerjakan tugas kelompok dan itupun tidak boleh lama.
Penyesuaan diri (N) terhadap diri sendiri di dalam panti sangatah baik karena ia dapat menyesuaikan seluruh kebiasaan atau pekerjaan yang ada di panti dengan  baik tanpa mengeluh, dan peyesuaian diri terhadap lingkungannya juga cukup baik meskipun dia adalah anak yang cukup pendiam  itu terlihat saat kumpul di dalam kamar disitu seluruh anak panti bercerita namun hanya dia saja yang diam dan tidak mau berbicara hanya mendengarkan saja.
Dugaan sementara atas kasus ini ialah (N) merasa sendiri karena baru saja ditinggal lulus oleh sahabatnya juga ia merasa sedih karena orangtuanya pun sakit ditambah dengan adanya pertanyaan rekan saya yang sedikit menyinggung maka (N) memilih melakukan penghindaran agar dia tidak teringat hal yang membuatnya sedih. Namun (N) adalah seorang anak yang tangguh karena meskipun ia terlihat sedih ia masih dapat terseyum dalam keadaan asrama atau panti yang aturan serta kebijakan yang menurutnya terlalu otoriter dia masih dapat bertahan karena keinginannya yang kuat untuk sukses serta cita-citanya menjadi seorang guru yang paling menjadi semangatnya untuk bertahan.






















BAB IV
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Objek penelitian (N) sebenarnya adalah orang yang cukup periang, itu terlihat dari sikap nya saat perkenalan juga saat melakukan games namun ia bukan tipe anak yang dapat terbuka karena tidak semua pertanyaan yang di ajukan dijawab oleh (N). Dia juga anak yang mempunyai keinginan yang kuat cita-citanya yang ingin menjadi seorang guru menuntunnya untuk tetap bertahan di dalam panti. Meskipun dari ratut wajah juga perkataannya terlihat sekali bahwa sebenarnya ia sudah tidak betah dalam panti itu karena aturannya yang otoriter juga karena dia sudah tidak mempunyai teman dekat .

3.2  Saran
Seharusnya anak panti diberikan sedikit kelonggaran bersosilisasi, karena itu baik untuk pertumbuhan psikisnya. Juga jangan terlalu memberikan aturan yang sangat otoriter sehingga mereka merasa tidak betah bahkan mungkin aka nada yang cenderung melanggar tanpa sepengetahuan bila peraturan nya terlalu ketat.
3.3 Daftar Pustaka
·         Modul psikologi
·         Catatan praktek di Panti Sosial Fajar Harapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar